Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
Saham jagoan
Bagi investor, kinerja laba yang solid tentu jadi pertimbangan penting memilih emiten. Sebab, di saat kenaikan harga saham tak cukup moncer, ada potensi investor mendapatkan dividen dari hasil laba.
Tahun lalu, hasil laba yang apik mendorong hampir semua emiten Grup Astra menebar dividen kepada para pemegang saham. Hanya BNLI yang
puasa dividen.
Dari enam emiten grup Astra, sejumlah analis paling menjagokan kinerja ASII, UNTR dan BNLI. Apa saja pertimbangan para analis? Simak ulasan berikut ini.
1. UNTR
Pada kuartal I-2019, mayoritas lini bisnis berperan mendongkrak pendapatan UNTR. Lini usaha kontraktor tambang melalui PT Pamersada Nusantara masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan emiten ini, yaitu 42%. Pendapatan unit bisnis ini per Maret 2019 meningkat 20%. Sebab, volume produksi batubara dan pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) meningkat.
Lini bisnis tambang batubara juga masih meraih kenaikan pendapatan, meski volume penjualan turun. Ini lantaran harga jual batubara kokas lebih tinggi. Segmen usaha ini menyumbang 16% bagi pendapatan UNTR. Apalagi, lini bisnis baru tambang emas mulai menghasilkan. Di kuartal I-2019, tambang Martabe menyumbang pendapatan bersih Rp 1,9 triliun atau berkontribusi 8% untuk UNTR.
Alhasil, meski bisnis penjualan truk dan alat berat turun, pendapatan UNTR masih kokoh. Kuartal I-2019, pendapatan dari bisnis truk dan alat berat yang banyak digunakan di sektor tambang, turun 2% secara tahunan. Penjualan melandai karena imbas penurunan harga batubara kalori rendah-menengah.
Chris Apriliony, analis Jasa Utama Capital Sekuritas menyebut, harga batubara yang masih terus turun jadi tantangan UNTR. Sebab, selain berefek pada bisnis penjualan batubara juga bisa mengurangi permintaan alat berat untuk kebutuhan pertambangan. Toh, Chris masih optimistis, kinerja UNTR akan solid pada tahun ini. Sebab, ada diversifiikasi pendapatan dari tambang emas. “Harga komoditas emas lebih stabil dibandingkan harga batubara,” kata dia.
Dalam catatan KONTAN. UNTR membidik produksi emas tahun ini sebanyak 350.000 oz. Sampai Maret 2019, total penjualan emas dari tambang Martabe sebanyak 97.000 oz.
Analis Kresna Securities Robertus Hardy dalam riset 25 April 2019, memperkirakan tambang emas akan menyumbang pendapatan Rp 7,08 triliun pada tahun ini, dengan proyeksi volume penjualan 360.000 oz.
Estimasi Robertus, pertumbuhan pendapatan UNTR pada tahun ini sekitar 7% menjadi Rp 90,89 triliun. Laju pertumbuhan tak sebesar tahun lalu yang mencapai 31%. Ini dengan pertimbangan pendapatan dari bisnis alat berat dan jasa pertambangan bisa lebih rendah. Laba bersih diestimasi naik 20% tahunan menjadi Rp 13,34 triliun. Pertumbuhan laba lebih rendah dari 2018 yang mencapai 50%. Tapi, margin laba bersih meningkat dari tahun lalu 13% menjadi 15% pada 2019.
Sedangkan, hitungan Chris, pendapatan UNTR tahun ini masih bisa naik 25%, dengan laba bersih tumbuh 20%.
Chris dan Robertus sama-sama merekomendasikan beli UNTR dengan target harga akhir tahun ini di Rp 32.000. Hasil konsensus analis yang disurvei Bloomberg, harga UNTR dalam 12 bulan di Rp 33.921.