Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
Mengukur Ketergantungan terhadap Bitcoin
Untuk memahami risiko, analis biasanya melakukan tiga langkah:
- Menentukan Skenario Guncangan
Misalnya, penurunan harga BTC sebesar 50% dalam 30 hari, atau penurunan dominasi pasar dari 60% menjadi 40%.
- Menghitung Korelasi Statistik
Nilai korelasi Pearson antara BTC dengan ETH dan XRP menunjukkan seberapa erat hubungan harga antar aset. Semakin mendekati +1, semakin besar ketergantungan terhadap pergerakan Bitcoin.
- Menganalisis Beta (β)
Dengan regresi statistik, analis dapat memperkirakan seberapa besar perubahan harga ETH atau XRP untuk setiap 1% perubahan harga Bitcoin.
Contohnya, jika beta ETH adalah 1,1, maka penurunan BTC 50% bisa menyeret ETH turun sekitar 55%.
Selain itu, risiko likuiditas dan posisi leverage di pasar derivatif juga dapat memperparah penurunan. Jika order book tipis dan leverage tinggi, kerugian aktual bisa mencapai 65% atau lebih.
Baca Juga: Harga Bitcoin Masih Ping-Pong, Pasar Tunggu Keputusan The Fed & Kesepakatan AS-China
Apa yang Terjadi pada ETH dan XRP Saat BTC Tersungkur?
Seperti dalam krisis keuangan tradisional, kejatuhan aset besar sering menimbulkan efek penularan (contagion).
Pasar kripto menunjukkan pola serupa, bahkan lebih cepat dan ekstrem.
Kasus FTX dan Terra sebelumnya membuktikan bahwa setiap kali Bitcoin anjlok, altcoin cenderung ikut ambruk.
Ether, meski memiliki ekosistem DeFi dan staking yang kuat, tetap diperlakukan investor institusi sebagai aset berisiko tinggi.
Namun, utilitasnya bisa membantu pemulihan lebih cepat setelah krisis reda.
Sementara itu, XRP yang masih dibayangi isu regulasi dan tidak memiliki mekanisme hasil (yield) alami seperti ETH, berisiko jatuh lebih dalam.
Baca Juga: The Fed Pangkas Suku Bunga: Apa Dampaknya pada Bitcoin?
Strategi Lindung Nilai Saat Bitcoin Kehilangan Dominasi
Diversifikasi biasa tidak cukup menghadapi guncangan sistemik kripto. Berikut strategi yang dapat dipertimbangkan:
- Gunakan Derivatif
Saat pasar panik, kontrak futures sering diperdagangkan dengan diskon besar terhadap harga spot. Trader berpengalaman dapat memanfaatkan arbitrase non-directional untuk melindungi portofolio dari volatilitas.
- Diversifikasi ke Aset Penyangga
Menyimpan sebagian portofolio dalam emas tokenisasi, real-world assets (RWA), atau stablecoin bisa menjadi bantalan likuiditas ketika pasar kripto terjun bebas.
- Pantau Korelasi dan Dominasi BTC
Korelasi jangka pendek ETH/XRP terhadap BTC bisa menjadi sinyal peringatan dini bahwa diversifikasi sudah tidak efektif dan tindakan hedging segera diperlukan.
Rebalance ke Aset Penghasil Imbal Hasil
Mengalihkan sebagian aset ke staking, lending, atau liquidity pool yang menghasilkan yield dapat membantu mengimbangi potensi kerugian nilai dan mempercepat pemulihan portofolio.
Baca Juga: NYDIG: Bitcoin Bukan Pelindung Inflasi, tapi Menguat Saat Dolar Melemah
Kesimpulan
Selama Bitcoin masih menjadi jangkar utama ekosistem kripto, guncangan terhadapnya akan mengguncang seluruh pasar.
Baik Ether maupun XRP belum cukup independen untuk sepenuhnya melepaskan diri dari bayangan BTC.
Oleh karena itu, memahami korelasi, memantau dominasi pasar, dan menyiapkan strategi lindung nilai menjadi kunci bertahan menghadapi badai kripto berikutnya.
Selanjutnya: Ada POJK Baru yang Atur Likuiditas BUS dan UUS, Sejumlah Bank Siap Implementasikan
Menarik Dibaca: 6 Jus Sayuran Penurun Kolesterol Tinggi secara Alami
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













