Reporter: Yuliana Hema | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dan S&P Dow Jones Indices (S&P DJI) selaku penyedia indeks terkemuka dunia menjalin kerja sama untuk mengembangkan dan meluncurkan tiga indeks saham bersama alias co-branded.
Pertama, Indeks S&P/IDX Indonesia ESG Tilted. Indeks ini mengukur kinerja emiten yang memenuhi kriteria keberlanjutan sekaligus meningkatkan ESG Global S&P Score secara keseluruhan dibandingkan dengan semesta indeks yang lebih luas.
Kedua, Indeks S&P/IDX Indonesia Shariah High Dividend, yang mengukur kinerja 30 perusahaan dengan dividen yield saham tinggi dari semesta indeks S&P Indonesia Sharia BMI yang memenuhi persyaratan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Ketiga, Indeks S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities, yang mengukur kinerja 30 perusahaan dengan dividen yield saham yang tinggi dari semesta indeks S&P Indonesia LargeMidCap.
Lebih lanjut, Indeks S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities menggabungkan pertimbangan keberlanjutan dividen seperti profitabilitas dan rasio pembayaran, serta berfokus pada segmen pasar yang relatif likuid.
Kolaborasi ini juga mencakup kerangka lisensi offshore, yang memungkinkan indeks BEI dilisensikan secara internasional untuk digunakan dalam produk berbasis indeks seperti exchange-traded fund (ETF), reksa dana dan produk terstruktur.
Sementara itu, S&P DJI akan memanfaatkan jaringan komersial globalnya dan master licensing agreements untuk mempromosikan indeks BEI di luar negeri, guna menarik lebih banyak dana internasional ke Indonesia.
Baca Juga: Gandeng S&P Dow Jones, BEI Luncurkan 3 Indeks Baru
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menyampaikan indeks co-branding dengan S&P DJI dikembangkan untuk meningkatkan eksposur investor asing ke pasar Indonesia.
Menurutnya, dengan adanya tiga indeks Indonesia yang dikelola oleh S&P DJI akan lebih mudah bagi manajer investasi asing untuk membuat produk dengan underlying efek saham Indonesia.
“Sehingga diharapkan pendalaman pasar modal Indonesia akan lebih baik. Basis pelanggan S&P DJI secara global diharapkan menjadi captive market untuk indeks ini,” jelasnya kepada Kontan, Selasa (4/10//2025).
CEO Pinnacle Investment Guntur Putra menambahkan dari sudut pandang sebagai manajer investasi, peluncuran tiga indeks co-branded ini merupakan langkah yang sangat positif bagi pengembangan pasar modal Indonesia.
Pertama, indeks-indeks ini menggunakan metodologi S&P Dow Jones yang telah diakui secara global, sehingga menghadirkan standar kredibilitas, transparansi, dan konsistensi yang tinggi dalam pemilihan konstituen.
“Hal ini penting, baik untuk investor institusi maupun untuk pengembangan produk berbasis indeks seperti ETF,” kata Guntur.
Kedua, tema ketiga indeks tersebut sangat relevan dengan tren global sekaligus menjawab kebutuhan lokal. Kemudian dari sisi penerapan, ketiga indeks tersebut sangat fleksibel.
Bagi investor institusi, lanjut Guntur, kehadrian ketiga indeks ini dapat digunakan sebagai acuan untuk portofolio tematik maupun dasar peluncuran produk pasif seperti ETF.
“Sementara bagi ritel, indeks ini membantu menyederhanakan proses pemilihan saham berbasis faktor yang telah dikurasi melalui metodologi global yang kredibel,” ucapnya.
Baca Juga: Rebalancing Indeks MSCI November 2025, Begini Proyeksi Analis KISI
Reza Fahmi, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management menambahkan ketiga indeks ini memiliki potensi besar untuk dijadikan acuan pengembangan produk investasi baru.
Menurutnya, label S&P memberikan kredibilitas global, yang dapat meningkatkan kepercayaan investor asing serta memperluas basis investor domestik yang ingin mengadopsi standar internasional.
“Ketiga indeks ini membuka peluang investasi tematik yang lebih terarah bagi investor ritel, tetapi perlu dukungan ekosistem berupa edukasi dan ketersediaan produk turunan agar lebih efektif,” ucap Reza.
Reza menenangkan efektifitas kehadiran ketiga indeks tersebut terletak pada bagaimana industri, termasuk manajer investasi, mampu mengonversi potensi tersebut menjadi produk yang terjangkau, transparan dan berkelanjutan.
Namun Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai kehadiran ketiga indeks baru ini kurang efektif. Mengingat jumlah indeks yang ada di ada di BEI sudah lebih dari puluhan indeks.
Selanjutnya: Filipina Perpanjang Larangan Impor Beras hingga Akhir 2025
Menarik Dibaca: 5 Cara Menghilangkan Bopeng Bekas Jerawat Paling Ampuh, Bikin Wajah Mulus Lagi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













