Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Bursa saham AS ditutup melemah tajam pada Selasa (4/11/2025) setelah beberapa bank besar memperingatkan kemungkinan pasar ekuitas mengalami koreksi.
Saat pasar tutup, indeks Dow Jones Industrial Average turun 251,44 poin atau 0,53% ke 47.085,24, S&P 500 turun 80,42 poin atau 1,17% ke 6.771,55, dan Nasdaq Composite jatuh 486,09 poin atau 2,04% ke 23.348,64.
Sektor teknologi menjadi yang terdalam melemah di antara 11 sektor utama S&P 500, turun 2,3%, sementara sektor keuangan memimpin penguatan.
Baca Juga: Wall Street Naik Tajam Pasca Komentar Trump tentang China, Saham Broadcom Melonjak
Kekhawatiran investor meningkat terkait valuasi saham yang dinilai sudah melambung tinggi, terutama di tengah lonjakan saham terkait kecerdasan buatan (AI).
Ketiga indeks utama Wall Street, yaitu Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq, semuanya bergerak ke wilayah negatif setelah CEO Morgan Stanley dan Goldman Sachs menimbulkan kekhawatiran adanya potensi gelembung pasar.
S&P 500, yang sempat mencatatkan rekor tertinggi secara berturut-turut, mengalami tekanan signifikan.
S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan persentase harian terbesar sejak 10 Oktober. Saham teknologi menjadi faktor utama pelemahan Nasdaq, di mana enam dari tujuh saham momentum AI terkemuka (Magnificent Seven) turun pada perdagangan hari Selasa. Indeks Philadelphia Semiconductor turun 4,0%.
Baca Juga: Bursa Wall Street Melorot, Investor Khawatir Prospek Ekonomi AS
Jamie Dimon, CEO JPMorgan Chase, sebelumnya memperingatkan adanya risiko koreksi pasar saham yang signifikan dalam enam bulan hingga dua tahun ke depan, dengan alasan ketegangan geopolitik dan faktor lainnya.
“Investor tampak lebih khawatir mengenai valuasi daripada sebelumnya, setidaknya hari ini,” kata Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services.
Carlson menambahkan, “Banyak valuasi perusahaan sudah sangat tinggi, dan meskipun laba mereka bagus, tapi tidak luar biasa. Ini menjadi resep bagi aksi ambil untung.”
Selain tekanan pasar saham, kondisi politik dan ekonomi AS juga memengaruhi sentimen investor.
Penutupan sebagian pemerintah federal yang mendekati rekor terpanjang mengurangi ketersediaan data resmi, sehingga investor semakin mengandalkan laporan swasta, seperti Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP yang dijadwalkan Rabu.
Baca Juga: Wall Street Tergelincir Kamis (30/10): Saham Meta & Microsoft Anjlok, The Fed Hawkish
Pernyataan pejabat Federal Reserve juga diperhatikan ketat untuk mengantisipasi arah kebijakan moneter di tengah minimnya indikator ekonomi penting.
Pemilu lokal untuk wali kota New York serta gubernur di New Jersey dan Virginia juga menjadi sorotan pasar.
Beberapa saham mencatat pergerakan signifikan. Palantir Technologies turun 8,0% meski laporan pendapatan kuartal IV lebih baik dari perkiraan, setelah harga sahamnya naik lebih dari 152% tahun ini.
Uber turun 5,1% menyusul laba kuartalan yang meleset dari ekspektasi, sedangkan Henry Schein melonjak 10,8% setelah menaikkan proyeksi laba tahunan. Spotify dan saham Shopify di AS masing-masing turun 2,3% dan 6,9% setelah rilis laporan kuartalan.
Baca Juga: Wall Street Melemah, Dipicu Kekhawatiran Atas Pelemahan Saham Bank Regional
Rasio saham yang turun lebih banyak dibanding yang naik mencapai 2,45 banding 1 di NYSE, dengan 68 saham mencatat rekor tertinggi baru dan 178 saham mencatat rekor terendah baru.
Di Nasdaq, 1.134 saham naik dan 3.578 saham turun, dengan rasio penurunan terhadap kenaikan 3,16 banding 1.
S&P 500 mencatat 13 saham baru di level tertinggi 52 minggu dan 19 saham di level terendah, sementara Nasdaq Composite mencatat 54 saham baru tertinggi dan 260 saham baru terendah.
Baca Juga: Wall Street Turun Tertekan Saham Tesla yang Anjlok 14% Imbas Perseteruan Trump-Musk
Total volume perdagangan di bursa AS mencapai 19,82 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 21,04 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Selanjutnya: Walau Pasar Volatil, Dana Kelolaan MI Milik Danantara Semakin Tambun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













