Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang penutupan akhir tahun, kondisi pasar keuangan cenderung mulai menunjukkan perbaikan. Hal ini membuat investor bisa cukup optimistis terhadap prospek portofolio mereka.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menegaskan, dalam penyusunan portofolio investor harus mendasarinya dengan tiga komponen, seperti profil risiko, tujuan investasi dan keadaan keuangannya.
"Dalam segala kondisi baik harga saham sudah rally dan sebagainya, investasi bisa dilakukan dengan cara aset alokasi yang didasarkan pada ketiga komponen di atas," ungkap Rudy kepada Kontan, Minggu (15/11).
Baca Juga: Safe haven kembali dilirik, rupiah berpotensi melemah pada Senin (16/11)
Mendekati akhir tahun, jika investor masih bingung dalam menyusun portofolio berdasarkan profil risiko, Rudiyanto merekomendasikan untuk membuat portofolio secara sederhana dengan dibuat berimbang antara reksadana berbasis saham, reksadana berbasis obligasi, dan reksadana USD berbasis obligasi dollar AS.
Dalam penetapan bobotnya sendiri bisa dibagi rata. "Jika profilnya agresif, bobot di reksa dana berbasis saham bisa agak dinaikkan," jelasnya.
Sedangkan sebagai pilihan safe haven, dia menilai greenback bisa jadi pilihan menarik, mengingat harganya yang saat ini cenderung murah. Ditambah lagi, Rudiyanto menilai program stimulus AS kemungkinan akan dibiayai oleh kenaikan tarif pajak.
Baca Juga: IHSG diprediksi memerah pada pekan depan, simak deretan sentimennya
Dengan begitu, ada kemungkinan porsi quantitative easing (QE) oleh Bank Sentral AS (The Fed) bakal lebih kecil.
"Sehingga, asumsi bahwa dollar AS akan terus melemah terus, belum tentu akan terjadi. Malah ada kemungkinan dollar AS menguat seiring vaksin corona yang akan mulai didistribusikan tahun depan," ungkapnya.
Baca Juga: Sejumlah katalis ini diprediksi bakal menggerakkan harga batubara ke depan
Prediksinya, nilai wajar untuk pasangan USD-IDR di tahun depan berada di kisaran Rp 14.500 per dollar AS hingga Rp 14.700 per dollar AS.
Di sisi lain, untuk prospek aset seperti emas di Indonesia, Ezra menilai masih belum efisien karena selisih antar harga jual dan beli kembali masih cukup jauh. Apalagi ada selisih antara harga emas Indonesia dengan harga emas dunia.
"Untuk itu, saya tidak begitu menyarankan (emas) kecuali investor bisa menemukan investasi berbasis emas yang harganya lebih efisien," tandasnya.
Selanjutnya: IHSG berpotensi melemah esok hari, saham-saham ini bisa dicermati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News