kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.944.000   4.000   0,21%
  • USD/IDR 16.364   -55,00   -0,33%
  • IDX 7.976   39,93   0,50%
  • KOMPAS100 1.111   5,02   0,45%
  • LQ45 814   0,26   0,03%
  • ISSI 269   2,33   0,87%
  • IDX30 422   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 489   0,74   0,15%
  • IDX80 123   0,16   0,13%
  • IDXV30 132   0,99   0,76%
  • IDXQ30 136   0,17   0,13%

Oversupply Nikel Membayangi, Saham Vale Indonesia (INCO) Masih Layak Beli?


Jumat, 01 Agustus 2025 / 05:10 WIB
Oversupply Nikel Membayangi, Saham Vale Indonesia (INCO) Masih Layak Beli?
ILUSTRASI. Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih dibayangi kelebihan pasokan nikel di Indonesia.


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih dibayangi kelebihan pasokan nikel di Indonesia.

Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey mengatakan, oversupply dapat menyebabkan tren harga nikel ke depan tertekan, meski hanya dalam jangka pendek.

Tak hanya itu, melambatnya permintaan electric vehicle (EV) di Tiongkok juga dapat menekan harga nikel.

“Permintaan EV di China menurun akibat shifting teknologi dari NMC (nickel-manganese-cobalt) ke LFP (lithium-iron-phosphate),” ujar Andhika dalam riset 18 Juli 2025.

Awalnya, Tiongkok banyak memanfaatkan baterai NMC yang membutuhkan nikel kelas 1 seperti nikel matte. Namun, tren di China kini bergeser ke LFP yang tidak menggunakan nikel.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Bidik Penjualan 2,2 Juta Ton Saprolit, Cek Rekomendasi Sahamnya

Meski demikian, Andhika optimistis permintaan terhadap produk nikel kelas 1 seperti nikel matte dan MHP (mixed hydroxide precipitate) akan tetap solid ke depan.

Ini seiring pertumbuhan EV di pasar Eropa, Amerika Utara, dan Jepang yang tetap mengandalkan NMC berbasis nikel.

Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer juga menyorot tantangan ini. Namun, menurutnya INCO masih memiliki katalis yang cukup menarik dalam jangka menengah.

“Mengingat adanya langkah diversifikasi pendapatan dan potensi ekspansi proyek High Pressure Acid Leaching (HPAL),” ujarnya kepada Kontan, Kamis (31/7/2025).

Andhika memproyeksikan pendapatan INCO akan tumbuh 3,9% hingga akhir 2025, khususnya ditopang penjualan bijih nikel yang bertambah.

Andhika menyarankan beli saham INCO dengan target harga Rp 4.000 per saham. Sedangkan, Miftahul merekomendasikan buy on weakness INCO di target harga Rp 3.600 per saham.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) Produksi Nikel Matte 35.584 Ton pada Semester I-2025

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×