Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang terjerembap menjadi saham gocap masih ramai di berbagai sektor. Harga saham tak bergerak atau hanya berkutat di level Rp 50 - Rp 59 per lembar. Investor perlu waspada agar tak nyangkut di saham tersebut.
Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto mengingatkan suatu saham bisa dalam jangka waktu yang lama tertidur di posisi gocap. Harga saham baru akan bergerak ketika ada sentimen yang signifikan, terutama dari perbaikan kinerja keuangan dan aksi korporasi.
Hanya saja, pelaku pasar perlu cermat lantaran seringkali saham-saham gocap bisa bergerak tanpa ada sentimen tertentu. Sebaliknya, ada juga emiten yang secara kinerja keuangan sudah tumbuh positif, namun belum bisa mengangkat harga sahamnya dari level gocap.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Grup Bakrie di Tengah Penurunan Harga Komoditas
"Hal itu bisa karena pelaku pasar belum aware dengan potensi saham ini, atau karena belum ada peningkatan frekuensi perdagangan," kata William kepada Kontan.co.id, Selasa (23/5).
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo menambahkan, momentum sektoral juga menentukan. Seperti pada tahun lalu, sejumlah saham terkait batubara mampu bangkit dari saham gocap lantaran terdongkrak sentimen booming komoditas.
Selain itu, notasi yang disematkan Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi sentimen yang diperhitungkan pelaku pasar.
"Stempel dari BEI menjadi pertimbangan cukup penting. Pada akhirnya perkembangan perusahaan harus diperhatikan, mengingat ini akan mempengaruhi pergerakan harga saham," imbuh William Wibowo.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menimpali, umumnya saham-saham gocap memiliki kinerja dan outlook yang tidak disukai oleh pasar.
Baca Juga: Untung dan Buntung dari Saham Baru
"Peluang untuk bangkit muncul ketika ada semacam transformasi yang dilakukan oleh emiten, serta adanya relaksasi dari bursa terkait stempel yang diberikan," ujar Fajar.
Tunggu dan Lihat Momentum
Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menyoroti 100 saham yang tergolong saham gocap. Dari jumlah tersebut, David menghitung ada 48 emiten yang sebenarnya memiliki book value per share lebih dari Rp 50, dengan price to book value (PBV) kurang dari 1.
Kemudian, ada 10 emiten dengan book value per share negatif. Artinya, modal emiten tersebut sudah mengalami defisit, yang mana aset lebih rendah dari utangnya.