Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
David menganalisa, ada 41 emiten saham gocap yang masih membukukan keuntungan pada tahun lalu. "Jadi potensi untuk saham gocap meningkat selalu ada. Namun naiknya harga saham ini sangat tergantung dengan sentimen yang ada," ujar David.
Jika tahun lalu booming batubara menjadi sentimen bagi saham-saham terkait, untuk tahun ini David belum melihat adanya momentum serupa. Sehingga, dia menyarankan untuk wait and see terlebih dulu pada saham-saham gocap.
Di tengah volatilitas pasar saat ini, investor disarankan lebih cermat dengan prospek kinerja bisnis perusahaan. "Apabila tidak mengetahui dengan baik, sebaiknya menghindari karena adanya potensi tidak tersedianya likuiditas dengan baik," terang David.
Baca Juga: Prospek Saham Consumer Cyclicals di tengah Rotasi Sektor dan Pemantauan Khusus
Sedangkan William Hartanto menyarankan pelaku pasar menganalisa momentum untuk masuk melalui frekuensi transaksi. Hal ini bisa menjadi indikasi awal adanya potensi kenaikan, meski biasanya hanya terjadi dalam jangka pendek.
"Walaupun kadang ada yang jangka panjang, tapi lebih sering penguatan saham-saham gocap itu ngga bertahan lama," imbuhnya.
Dia pun belum memberikan rekomendasi untuk saham gocap. Hanya saja, pelaku pasar bisa memperhatikan saham PT Sentul City Tbk (BKSL) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).
Baca Juga: Siap-siap, Mitra Angkasa Sejahtera (BAUT) akan Bagikan Dividen Rp 1,29 Miliar
William Wibowo turut menyoroti saham GIAA. Setelah akhir pekan lalu menukik ke level Rp 51, emiten penerbangan plat merah ini mengalami penguatan 9,62% ke harga Rp 57 pada Selasa ini.
Menurut William, saham GIAA sedang berpotensi mengalami technical rebound. Pelaku pasar bisa mempertimbangkan speculative buy dengan support Rp 52 dan resistance di 62. Selain GIAA, pelaku pasar juga bisa mengamati saham BKSL.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News