Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah dibuka lesu pada hari pertama pembukaan pasar domestik pasca libur Lebaran. Pelemahan ini didorong sentimen eksternal yang ujungnya turut menekan domestik. Sepanjang hari, rupiah masih memiliki harapan menguat walau tipis.
Pada pembukaan pasar Selasa (8/4), rupiah dibuka di level Rp 16.846 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), melemah 0,14% dari nilai penutupan hari sebelumnya di level Rp 16.822. Menurut Bloomberg, kini rupiah berada di level Rp 16.849 per 12.00 WIB.
Research & Development PT Trijaya Pratama Futures Alwy Assegaf mengatakan, situasi global saat ini membawa canon event ke domestik Indonesia. Alhasil, rupiah tertekan luar-dalam.
“Retaliasi antara Amerika dan Tiongkok menyebabkan suasana di pasar menjadi risk off,” ungkap Alwy kepada Kontan.co.id, Selasa (8/4).
Muasal ketegangan AS dan China adalah kebijakan tarif tinggi yang dipasang Presiden Donald Trump untuk sejumlah negara, termasuk Indonesia. Dus, kebijakan ini, kata Alwy, akhirnya juga menekan ekonomi Indonesia dan melemahkan nilai rupiah.
Baca Juga: 1 Dolar Berapa Rupiah? Ini Cara Cek Kurs dan Penukaran Valuta Asing di Bank
“Ketika tarif ekspor menjadi lebih mahal, maka daya saing produk Indonesia itu akan turun dibandingkan dengan negara lain yang mendapat efek tarif lebih sedikit,” jelasnya,
Indonesia berpotensi mengalami penurunan volume ekspor ke AS akibat mahalnya tarif yang dikenakan. Ini akan berdampak pada pendapatan produsen pekerja dan defisit negara. Pasalnya, ekspor yang lesu berarti permintaan bahan baku menurun.
“Ujung-ujungnya daya beli pekerja itu akan turun. Sehingga mengakibatkan konsumsi domestik juga akan mengalami penurunan. Ini membuat iklim investasi jadi nggak kondusif,” jelasnya.
Prediksi Alwy, investor akan menunda penanaman modal di Indonesia dan beralih ke negara-negara dengan potensi yang lebih sehat. Secara fundamental, semua dampak tersebut menjadi sentimen negatif bagi rupiah.
Namun,kelesuan dolar AS barangkali bisa menjadi angin segar bagi rupiah. Kata Alwy, saat ini ada kemungkinan dolar mencapai indikator teknikal RSI (relative strength index) di atas 70. Maka, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sudah terlalu tinggi.
“Artinya ini sudah jenuh beli untuk dolar terhadap rupiah,” jelasnya.
Selama perdagangan hari ini, rupiah mendapat topangan dari intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar global dan regional. Dengan aksi BI ini, diharapkan rupiah tidak kembali merosot hingga akhir perdagangan nanti. Alwy memproyeksi level support rupiah di Rp 16.600, sementara resistance masih di Rp 17.000.
Baca Juga: Jaga Sentimen, BI Intervensi Pasar NDF
Selanjutnya: Promo Wingstop Hematnya Juara hingga Best Deals, Diskon dan Cashback sampai 50%
Menarik Dibaca: Promo Wingstop Hematnya Juara hingga Best Deals, Diskon dan Cashback sampai 50%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News