Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah spot ditutup pada level Rp 16.822 per dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Senin (7/4), melemah 1% dibanding akhir pekan lalu yang ada di Rp 16.653 per dolar AS.
Namun, bila dibanding posisi di awal perdagangan hari ini yang sempat menyentuh Rp 16.890 per dolar AS, rupiah sedikit menguat pada akhir perdagangan. Penguatan ini ditopang intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar Non Deliverable Forward (NDF) pada tiga pasar, yakni Asia, Eropa, dan New York.
Intervensi rupiah di pasar domestik diperkirakan menjadi penopang utama nilai rupiah besok.
Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menilai, pergerakan rupiah hari ini menjadi respons pasar terhadap tekanan global yang meningkat selama libur panjang Lebaran.
Baca Juga: Pasar Keuangan Tertekan, Level Baru Rupiah di Rp 17.000 - Rp 18.000 Per Dolar AS?
Tekanan utama masih datang dari tensi dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang sudah dimulai sejak China memberlakukan tarif impor tinggi sebagai balasan terhadap AS. Belum lagi rilis data tenaga kerja AS yang di atas ekspektasi, hal ini membuat dolar AS berpotensi menguat dan semakin menekan nilai rupiah.
Di sisi lain, Hosianna juga menyoroti kebutuhan valuta asing (valas) korporasi yang meningkat setelah libur panjang. Ini mendorong peningkatan penjualan rupiah dan akhirnya menekan nilai rupiah.
Meski volatile, Hosianna menilai pendinginan nilai rupiah di akhir perdagangan menunjukkan indikasi stabilisasi awal setelah intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Hari ini, BI memutuskan melakukan intervensi di pasar Non Deliverable Forward (NDF) di tiga pasar sekaligus. Intervensi tersebut masih akan berlanjut di pasar valuta asing (Spot dan NDF) pada Selasa (8/4), menyusul rekor terendah sepanjang masa rupiah di pasar NDF di level Rp 17.103 hari ini.
BI turut memastikan melakukan intervensi agresif di pasar domestik pada pembukaan Selasa (8/4). Langkah lainnya, BI juga akan melakukan optimalisasi instrumen likuiditas rupiah untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar uang dan perbankan domestik.
Intervensi BI di pasar NDF ini merupakan yang pertama kalinya. Menurut Hosianna, langkah ini terpaksa ditempuh karena tarif impor terbaru dari AS yang lebih tinggi berpotensi mendorong rupiah lebih buruk daripada saat kenaikan tarif historis lainnya.
Baca Juga: Intervensi BI Bantu Angkat Rupiah, Meski Belum ke Posisi Sebelum Idulfitri
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menilai intervensi BI akan tetap diperlukan. Pasalnya, pergerakan rupiah di pasar NDF akan mempengaruhi pergerakan rupiah di pasar spot.
“Pergerakan NDF ini 24 jam, sehingga begitu masif,” katanya kepada Kontan.co.id, Senin (7/4).
Saat ini, Hosianna menyebut fokus pasar tertuju pada kelanjutan komunikasi diplomatik Indonesia terkait tarif impor dan hasil koordinasi regional melalui forum ASEAN Trade Ministers Meeting.
Ia optimistis rupiah akan terjaga di Rp 16.680–Rp 16.850 pada perdagangan Selasa (8/4).
Sementara Ibrahim memproyeksi rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.970–Rp 17.050.
Selanjutnya: Investasi Warren Buffett di Tengah Resesi: Pilihan Cerdas atau Tidak?
Menarik Dibaca: Dominan Cerah, Ini Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (8/4)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News