kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,52   -28,21   -3.04%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar minyak kebanjiran pasokan


Kamis, 23 Juli 2015 / 08:15 WIB
Pasar minyak kebanjiran pasokan


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan, Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Harga minyak mentah dunia terpuruk. Sentimen timbul akibat kekhawatiran pasar terjadi oversupply di pasar global.

Mengutip Bloomberg, Rabu (22/7) pukul 15.55 WIB harga minyak kontrak pengiriman September 2015 di bursa New York Merchantile Exchange merosot 1,49% ke US$ 50,10 per barel dibandingkan hari sebelumnya. Sedangkan dalam sepekan terakhir harga ambruk 3,26%.

Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures, menuturkan, pemicu kemerosotan harga minyak adalah data American Petroleum Institute (API). Laporan perusahaan swasta ini menunjukkan, stok minyak AS membengkak 2,3 juta barel pekan lalu.

API juga menambahkan stok minyak di Cushing, Oklahoma, pangkalan minyak terbesar AS naik 885.000 barel per Jumat (17/7). "Ditambah data Energy Information Administration (EIA) AS yang akan dirilis pekan ini diduga menyebutkan stok minyak melambung," tambah Nizar.

Rilis EIA dijadwalkan Rabu (22/7) malam, dengan prediksi stok minyak hanya berkurang 1,7 juta barel. Padahal pada pekan sebelumnya, stok minyak berkurang 4,3 juta barel. Akibatnya, cadangan minyak di AS masih di 100 juta barel atau di atas rata-rata lima tahun terakhir. Keadaan ini jelas buruk bagi harga minyak dunia.

Saat ini pelaku pasar sedang dihantui membengkaknya pasokan minyak Iran di pasar global. Sebelumnya, Iran dan enam perwakilan negara dunia berhasil mencapai kesepakatan nuklir. Tercapainya kesepakatan ini menjadi awal dibukanya keran produksi minyak Iran ke pasar global. "Memang Iran belum ekspor minyak lagi, tapi bayang-bayang kembalinya produksi minyak Iran saja sudah membuat harga tertekan kian dalam," papar Nizar.

Pelaku pasar memperkirakan, Negeri para mullah itu bisa mengekspor 500.000-1 juta barel per hari dalam setahun mendatang. Mengutip Bloomberg, berdasarkan narasumber anonim, Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia juga akan menggenjot persediaan minyak. "Suplai lebih besar dari permintaan. Apalagi mata uang Negeri Paman Sam masih kuat," ujar sumber tersebut.

Kalau menurut analis PT Monex Investindo Futures, Faisal, ini juga membuktikan bahwa permintaan minyak masih mini. Sebab, puncak penggunaan bahan bakar pada musim panas di Eropa sudah berlalu. Indeks dollar AS Rabu (22/7) pukul 17.36 WIB yang naik 0,02% menjadi 97,345 membuat permintaan kian menyusut. Ini karena minyak diperdagangkan dalam dollar AS yang sedang mahal.

Secara teknikal Nizar menuturkan, harga minyak di bawah moving average (MA) 25, 55, 100 dan 150 menegaskan tren bearish. Garis moving average convergence divergence (MACD) di area negatif dengan pola downtrend. Indikator relative strength index (RSI) di level 30 dan stochastic level 5. Keduanya sudah di area oversold dan belum rebound.

Untuk itu harga minyak Kamis (23/7) di US$ 49,00-US$ 51,00 per barel dan sepekan di US$ 48 sampai US$ 51,5 per barel. Sedangkan Faisal memprediksikan, harga minyak hari ini akan di US$ 49 hingga US$ 52 per barel. Dan sepekan bergerak dalam rentang antara US$ 45 sampai US$ 53,50 per barel. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×