Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Harga minyak kembali terpeleset. Tingkat permintaan belum mampu menopang komoditas ini akibat stok minyak dunia yang membludak.
Mengutip Bloomberg, Rabu (22/7) pukul 15.55 WIB harga minyak kontrak pengiriman September 2015 di bursa New York Merchantile Exchange merosot 1,49% ke level US$ 50,10 per barel ketimbang hari sebelumnya. Sepekan, harga minyak meluncur 3,26%.
Analis PT Monex Investindo Futures, Faisal memaparkan, pergerakan harga minyak belum terbantu dari sisi permintaan. Sebab, puncak penggunaan bahan bakar pada musim panas di negara-negara Eropa sudah berlalu.
Mengutip Bloomberg, Saudi Arabia, eksporter minyak terbesar di dunia juga akan menggenjot persediaan minyak. “Supply lebih besar dari permintaan. Apalagi mata uang Negeri Paman Sam masih kuat,” tuturnya.
Lihat saja indeks dollar AS pada Rabu (22/7) pukul 17.36 WIB yang naik 0,02% menjadi 97,345. Mata uang Amerika menguat sejak Rabu (15/7) akibat pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen bahwa mereka akan mengerek suku bunga acuan di tahun 2015. Aksi tersebut didukung oleh perekonomian yang positif. Pernyataan Yellen menjawab semua dugaan dan teka-teki selama ini mengenai kapan AS mengetatkan kebijakan moneternya.
Alhasil, permintaan komoditas ini pun merosot karena minyak diperdagangkan dalam dollar AS yang sedang mahal.
Faisal memperkirakan, harga minyak pada Kamis (23/7) akan kembali tertekan. Memang pada Rabu (22/7) malam, AS akan merilis data persediaan minyak Crude Oil Inventories per 18 Juli 2015 yang diprediksi minus 1,7 juta barel, lebih kecil ketimbang posisi pekan sebelumnya di minus 4,3 juta barel. “Data ini hanya berdampak sedikit. Pengaruh dollar AS yang strong cukup dominan,”
American Petroleum Institute (API) merilis data stok minyak AS bertambah 2,3 juta barel minggu lalu. Stok minyak di Cushing, Oklahoma, pangkalan minyak terbesar AS naik sebanyak 885 ribu barel per Jumat (17/7). Ancaman membludaknya pasokan minyak juga berasal dari Iran karena telah mencapai kesepakatan nuklir dengan negara-negara Barat. "Jika produksi minyak Iran bertambah, stok minyak dunia akan meluber," jelasnya.Alhasil, harga minyak akan tertekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News