Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Kondisi fundamental yang terbilang positif dinilai dapat memberikan efek positif bagi kinerja reksadana pendapatan tetap berbasis syariah. Terlebih, sentimen dari luar negeri karena pengaruh kebijakan Donald Trump tidak akan terlalu menekan kinerja reksadana syariah awal tahun ini. Sehingga, produk ini dinilai masih menarik untuk dilirik.
Beberapa manajemen investasi meluncurkan produk reksadana pendapatan tetap berbasis syariah. Perkembangan instrumen syariah di tanah air dari tahun ke tahun, dinilai semakin memiliki peran sebagai alternatif. kendaraan investasi.
Hal inilah yang menjadi dasar Mega Asset Management meluncurkan produk Reksadana Syariah Mega Asset Pendapatan Tetap Syariah (Mantap Syariah) pada 10 Januari lalu.
Fitzgerald Stevan Purba, Head of Investment & Research Mega Asset bilang, pihaknya berupaya mengcover kekurangan yang ada dalam produk reksadana konvensional. Dia menilai, produk reksadana konvensional biasanya memiliki risiko yang terlalu besar atau banyak manipulasi.
“Kekurangan itu yang mungkin relatif jarang ditemui investor syariah. Karena syariah kan pertama lebih sesuai dengan hokum syariat Islam. Selain itu dari sisi risk, relatively lebih rendah dibanding konvensional,” ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Melalui Mantap Syariah, Mega Asset Management membidik return di atas 1% dari rata-rata benchmark yang mengacu pada indeks Infovesta Syariah Invest Fund dan Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah.
Adapun Mega Asset Management bakal menempatkan dana kelolaan sebanyak 80% - 100% pada sukuk dan sisanya di pasar uang syariah dalam negeri atau deposito bank syariah. Melalui produk barunya, Mega Asset Management menargetkan dana kelolaan Rp25 miliar tahun ini.
Selain Mega Asset Management, PT Bahana TCW Investment Management bakal meluncurkan reksadana pendapatan tetap syariah pada akhir Februari mendatang. Bahkan, anak usaha Securities ini menggandeng Alumni Peduli IPB dalam membesut produk Reksadana Bahana Syariah Generasi Gemilang. Presiden Direktur Bahana TCW Edward Lubis bilang, pihaknya menargetkan dana kelolaan mencapai Rp200 miliar.
Adapun, Bahana TCW Investment Management menempatkan 100% dana kelolaannya di sukuk negara dengan denominasi rupiah yang risikonya lebih rendah. Namun begitu, Bahana TCW juga menempatkan dana kelolaan produk reksadananya tersebut di instrument pasar uang.
“Namun hanya untuk likuiditas harian, bukan jadi prioritas investasi,” ujar Edward. Dengan strategi tersebut, Bahana TCW menargetkan imbal hasil untuk produk barunya tersebut tahun ini sebesar 7%-8%.
Menurut Beben Feri Wibowo, Senior Research & Analyst Pasar Dana, prospek reksadana pendapatan tetap syariah tahun ini bakal lebih bersinar ketimbang tahun lalu. Sebab, fundamental Tanah Air cukup bagus. “Imbal hasilnya kami perkirakan ada di kisaran 7% sampai 8% per tahun,” ucap dia.
Obligasi yang menjadi asset dasar reksadana pendapatan tetap syariah, kata Beben sudah menunjukkan kinerja yang baik awal tahun ini. Dia menyebut, sepanjang Januari lalu, indeks obligasi syariah menguat 1,64%. Di Februari per tanggal 2, indeksnya sudah merangkak naik 0,06%. “Jadi tren penguatan indeks obligasi syariah masih terjaga,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News