kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Januari 2017, reksadana saham syariah unjuk gigi


Senin, 06 Februari 2017 / 20:36 WIB
Januari 2017, reksadana saham syariah unjuk gigi


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Reksadana saham syariah berhasil menorehkan kinerja mumpuni di awal tahun. Merujuk data Infovesta Utama per Januari 2017, rata-rata return reksadana saham syariah mencapai 1,17%.

Lalu diikuti oleh rata-rata return reksadana saham jenis pendapatan tetap 1,06%, reksadana pasar uang 0,29% dan campuran minus 0,22%.

Wawan Hendrayana, Senior Research & Investment Analyst PT Infovesta Utama menuturkan, performa reksadana saham syariah bulan lalu terutama disokong oleh perbaikan harga komoditas. Tren pelemahan dollar Amerika Serikat (AS) memang mengerek harga komoditas semisal emas dan batubara. Terlebih, valuasi saham-saham batubara dalam negeri masih menarik.

"Harganya belum mahal. Akhir tahun lalu saham-sahamnya rebound dan awal tahun ini masih melanjutkan rebound itu," terangnya. Maklum, sektor komoditas dan pertambangan memang menjadi salah satu portofolio dalam reksadana saham syariah.

Agus B Yanuar, Direktur Utama PT Samuel Aset Manajemen (SAM) mengungkapkan, performa sektor saham yang masuk dalam Daftar Efek Syariah memang menanjak lebih tinggi ketimbang saham-saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). "Urutan sektor saham syariah yang naik paling tinggi adalah komoditas, perdagangan dan jasa, properti, konsumer, serta infrastruktur," imbuhnya.

Wajar, selain valuasi sektor saham yang menarik, prospek dan kinerja perusahaan tersebut juga potensial.

Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo mengungkapkan, sepanjang Januari 2017, saham second liner dan saham berkapitalisasi kecil memang mencatatkan kinerja paling berkilau.

Berbeda dengan saham berkapitalisasi besar yang cenderung tertekan bulan lalu. "Saham sektor keuangan khususnya perbankan tidak masuk ke dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) karena masalah riba," terangnya.

Adapun sektor saham keuangan mencatatkan return minus 0,9% (MoM) pada Januari 2017.

Beben berpendapat, merosotnya return reksadana campuran syariah bulan lalu diakibatkan dominasi portofolio pada saham-saham berkapitalisasi besar alias LQ-45.

Sementara reksadana pendapatan tetap syariah masih dibalut berbagai katalis positif. Semisal aksi beli investor asing di pasar Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang mencapai Rp 13,6 triliun pada Januari 2017.

Walhasil, kinerja pasar pendapatan tetap syariah yang tercermin pada INDOBeXS-TR pun membumbung 1,64% (MoM) bulan lalu.

Beben memprediksi reksadana saham syariah masih akan mencetak return tertinggi hingga lebih dari 12% pada tahun 2017. Sebab, tekanan global retaltif kecil. Apalagi bakal ada rilis laporan keuangan emiten serta pertumbuhan ekonomi Indonesia per kuartal IV 2016 dalam waktu dekat.

"Yang diduga akan mampu bertahan di angka 5%," tukasnya. Di sisi lain, return reksadana syariah jenis campuran dan pendapatan tetap masing-masing berpotensi melebihi level 11% dan 7%.

Agus sepakat, reksadana syariah jenis saham dan campuran akan melampaui performa reksadana pendapatan tetap syariah. Ada beberapa katalis positif yang menopang.

Pertama, rata-rata pertumbuhan laba per lembar saham (earning per share growth) yang diprediksi memcapai 12% - 13,5% tahun 2017. "Ini berpotensi mendorong IHSG sebesar itu," imbuhnya.

Kedua, tingkat bunga yang relatif rendah karena masih satu digit. Meskipun pelaku pasar patut mewaspadai potensi kenaikan suku bunga.

Ketiga, peningkatan partisipasi investor domestik baik lembaga maupun individu dalam instrumen investasi, termasuk di pasar modal.

Keempat, Indonesia masih merupakan pasar yang menarik dan prospektif bagi investor yang memburu imbal hasil tinggi.

Wawan setuju, return reksadana saham syariah masih akan cemerlang tahun ini ketimbang reksadana pendapatan tetap syariah. Maklum, peluang penurunan suku bunga acuan dalam negeri sudah sangat terbatas. Berbeda dengan aksi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia tahun lalu yang cukup agresif hingga tujuh kali.

Wawan memproyeksikan, rata-rata return reksadana saham akan berkisar 9% - 10%. "Kalau campuran sekitar 7% - 8%. Pendapatan tetap 6% - 6,5%," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×