kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,60   5,25   0.57%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investor asing banyak melepas saham-saham perbankan, ini rekomendasi bagi investor


Senin, 02 Desember 2019 / 04:00 WIB
Investor asing banyak melepas saham-saham perbankan, ini rekomendasi bagi investor


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyaknya sentimen yang mempengaruhi market menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak volatil. Pada Jumat (29/11) lalu, IHSG berhasil ditutup melesat 0,99% ke level 6.011,830. Namun, jika dihitung, IHSG telah terkoreksi 1,45% selama sepekan terakhir. Salah satu pemicunya adalah aksi jual saham oleh investor asing.

Data RTI menunjukkan, nilai jual asing atawa net sell asing mencapai Rp 2,67 triliun di semua pasar selama sepekan. Nilai net sell oleh investor asing pada akhir pekan lalu mencapai Rp 219,82 miliar. Inilah yang menyebabkan IHSG tertekan.

Adapun sektor-sektor pada IHSG yang banyak dilepas asing meliputi saham perbankan, saham consumers good, saham telekomunikasi, hingga media.

Baca Juga: IHSG turun 2,95% ytd, bagaimana nasibnya di akhir tahun?

Setidaknya terdapat 10 saham yang mencatatkan net sell tertinggi selama sepekan, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan Saham PT Astra International Tbk (ASII)

Ada pula saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), hingga saham PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).

Apakah net sell asing akan terus berlanjut?

Analis menilai, ada banyak faktor yang mempengaruhi net sell asing pada IHSG. Yakni, faktor internal dan faktor eksternal. 

Baca Juga: Indeks sektor industri dasar dan kimia tumbuh naik paling kencang, ini kata analis

Untuk faktor internal, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, aksi jual bersih ini akibat imbas pertumbuhan harga (price growth) secara year-to-date (ytd) yang mengakibatkan adanya penyeimbangan portofolio.

Penyeimbangan portofolio ini, kata Aria, dimaksudkan agar bobot emiten tersebut tidak mendominasi portofolio. Hal inilah yang menurutnya membuat saham-saham keuangan dan perbankan seperti BMRI, BBCA, BBNI, dan BBRI mengalami tekanan jual dalam sepekan ini.

Baca Juga: Tekanan berlanjut, analis prediksi IHSG bulan ini bisa sentuh level 5.500

Adapun faktor eksternal yang mendorong aksi jual asing pada IHSG adalah memanasnya kembali perang dagang antara China dan AS. Menurut Analis Panin Sekuritas William Hartanto,  aksi jual bersih utamanya terhadap saham blue chips tidak terlepas dari kekhawatiran resesi ekonomi akibat perang dagang antara dua negara besar dunia.

Pasar Modal

Seperti yang diketahui, memanasnya tensi antara Beijing dengan Washington tidak terlepas dari dukungan AS atas pengunjuk rasa di Hong Kong dengan menandatangani Undang-Undang HAM Hongkong.

“Perang dagang memanas kembali sehingga investor asing mengamankan dana mereka,” terang William kepada Kontan.co.id, Jumat (29/11).

Lantas, apakah pembubaran enam produk reksadana salah satu Manajer investasi (MI) ikut menjadi penyebab aksi penjualan asing pada IHSG? 

Baca Juga: Window dressing bisa mendorong IHSG ke 6.150-6.200 di akhir tahun

Menurut Aria, pembubaran reksadana terkait bukanlah penyebab hengkangnya dana asing dari IHSG. “Salah satu MI yang enam reksadananya dibubarkan bukan perusahaan asing, jadi lebih banyak investor domestik,” ujar Aria saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (29/11).

Setali tiga uang, William menilai kasus pembubaran enam reksadana salah satu MI tidak terlalu berefek pada aksi jual bersih asing. Ia menilai, pengaruh sentimen eksternal lebih kuat dibandingkan dengan sentiment tersebut.

Dari beberapa saham yang dilepas asing pekan ini, William merekomendasikan beli saham TLKM, CPIN, BBCA, dan BBRI, dengan target jangka pendek masing-masing Rp 4.000 untuk TLKM, Rp 7.000 untuk CPIN, Rp 31.800 untuk BBCA, dan 4.300 untuk BBRI.

Baca Juga: IHSG susut, akhir tahun masih bisa menembus 6.220

Sementara Aria menaruh pilihan pada saham BBRI, TLKM, dan BBCA. Sebab, ia menilai fundamental ketiga emiten ini cukup solid dan terdapat potensi pertumbuhan kinerja hingga akhir 2019.

Aria pun merekomendasikan beli saham TLKM, BBRI, dan BBCA dengan target harga jangka pendek 5% - 8% dari harga penutupan saat ini.

Baca Juga: Tahun 2019 tinggal sebulan, IHSG termasuk indeks berkinerja terburuk

Pada perdagangan Jumat (29/11), saham TLKM ditutup menguat 2,88% ke level Rp 3.930 per saham, saham BBRI ditutup menguat ke level Rp 4.090 per saham, dan saham BBCA ditutup menguat Rp 31.400 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×