kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Window dressing bisa mendorong IHSG ke 6.150-6.200 di akhir tahun


Minggu, 01 Desember 2019 / 16:33 WIB
Window dressing bisa mendorong IHSG ke 6.150-6.200 di akhir tahun
ILUSTRASI. Investor mengamati pergerakan saham emiten melalui smartphone di salah satu sekuritas di Jakarta, Jumat (29/11).?Sejak penutupan bulan Oktober hingga penutupan perdagangan November 2019, IHSG turun 3,48%.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.011,83 pada akhir perdagangan Jumat (30/11). Artinya, sejak penutupan bulan sebelumnya hingga penutupan perdagangan November 2019, IHSG turun 3,48%.

Setelah tertekan selama satu bulan ini, Analis Senior Anugerah Sekuritas Bertoni Rio melihat IHSG masih punya ruang menguat sampai di atas level 6.150 di akhir tahun. Namun, IHSG bisa menuju ke level 6.200 dengan adanya window dressing.

"Ada ruang window dressing seiring pengelola dana akan melakukan rebalancing portofolio, kebijakan pembagian dividen, maupun harapan ada upaya emiten untuk melakukan buyback," jelas Bertoni, Jumat (29/11).

Baca Juga: Tekanan berlanjut, analis prediksi IHSG bulan ini bisa sentuh level 5.500

Namun, tekanan IHSG di bulan lalu masih bisa berlanjut hingga akhir tahun. Perang dagang yang belum mencapai kesepakatan masih akan membayangi pasar. Perang dagang dua negara ekonomi terbesar berdampak negatif untuk hot money. Ketidakpastian tersebut memicu kejatuhan bursa pada umumnya, termasuk IHSG.

Selain itu, kasus yang menimpa Narada Aset Manajemen, Pratama Capital Assets Manajemen, dan Minna Padi Aset Manajemen juga masih akan membayangi IHSG hingga akhir tahun. "Efek domino dari perang dagang Amerika Serikat (AS)-China menekan hot money dan sikap tegas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap perusahaan investasi khususnya reksadana saham menjadi penyebabnya," jelas dia.

Baca Juga: IHSG susut, akhir tahun masih bisa menembus 6.220

PT Pratama Capital Assets Manajemen disemprit OJK, salah satunya karena kepemilikan efek mereka di PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) yang melebihi 10%. Sedangkan untuk kasus PT Minna Padi Aset Manajemen, OJK meminta mereka menghentikan perdagangan enam reksadana yang memberikan iming-iming imbal hasil tetap. Pasalnya, jenis reksadana yang dijual merupakan reksadana jenis terbuka yang dilarang memberikan imbal hasil tetap.

Pada kasus PT Narada Aset Manajemen, OJK mengendus indikasi gagal bayar saham senilai Rp 177,78 miliar. Maka dari itu, OJK menghentikan sementara penjualan dua reksadana milik Narada yaitu Narada Saham Indonesia dan Narada Campuran I.

Baca Juga: Tahun 2019 tinggal sebulan, IHSG termasuk indeks berkinerja terburuk

Meski begitu, Bertoni tetap menyarankan investor untuk lebih mempertimbangkan faktor fundamental perusahaan ketimbang memperhatikan pergerakan saham. Apabila IHSG terkoreksi, investor bisa mengakumulasi untuk jangka menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×