Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) diproyeksikan masih prospektif di tahun 2025, meskipun bakal menemui sejumlah tantangan.
Sebagai gambaran, penjualan SGRO tercatat Rp 5,69 triliun di tahun 2024. Raihan itu naik tipis 1,31% secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp 5,62 triliun di tahun 2023.
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih tercatat Rp 748,56 miliar tahun lalu, naik 54,75% yoy dari Rp 483,71 miliar di tahun sebelumnya.
Tahun ini, SGRO juga bakal melakukan perubahan kegiatan usaha. Sampoerna Agro akan mengubah kegiatan usaha dari usaha perkebunan dan industri kelapa sawit serta perdagangan besar buah yang mengandung minyak, menjadi aktivitas perusahaan holding dengan kode KBLI 64200.
Alasannya, SGRO memandang perlu melakukan reorganisasi kegiatan usaha dengan fokus pada bidang investasi penyertaan modal pada entitas anak dan cucu (subsidiaries) untuk meningkatkan nilai (value) bagi subsidiaries sesuai visi dan misi perseroan.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Umumkan Perubahan Kegiatan Usaha, Begini Detailnya
Kelompok dalam kode KBLI 6420 mencakup kegiatan dari perusahaan holding (holding companies), yaitu perusahaan yang menguasai aset dari sekelompok perusahaan subsidiari dan kegiatan utamanya adalah kepemilikan kelompok tersebut. Holding companies juga tidak terlibat dalam kegiatan usaha perusahaan subsidiarinya.
“Kegiatannya mencakup jasa yang diberikan penasihat (counsellors) dan perunding (negotiators) dalam merancang merger dan akuisisi perusahaan,” papar manajemen SGRO dalam keterbukaan informasi tanggal 28 Maret 2025.
Untuk itu, perseroan akan menyampaikan rencana tersebut pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 9 Mei 2025 mendatang.
Perubahan kegiatan usaha diproyeksikan SGRO dapat memberikan kontribusi dan pengaruh positif pada kondisi keuangan perseroan.
Dengan perubahan kegiatan usaha, SGRO memang bakal kehilangan pendapatan langsung dari kegiatan usaha perkebunan kelapa sawit, pabrik kelapa sawit, dan perdagangan minyak kelapa sawit.
Namun, imbal hasil investasi penyertaan modal pada subsidiaries dan pemberian jasa penasihat (counsellors) dan perunding (negotiators) dapat mensubstitusi pendapatan dan manfaat keuangan dari kegiatan usaha sebelumnya sehingga tetap dapat meningkatkan nilai bagi para pemegang saham di masa mendatang.
SGRO mengaku tak akan melakukan perombakan sumber daya manusia (SDM) secara besar-besaran lantaran SDM eksisting telah mumpuni untuk menjalankan arah baru bisnis perseroan.
Baca Juga: Sampoerna Agro (SGRO) Umumkan Perubahan Kegiatan Usaha, Begini Detailnya
Equity Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis mengatakan, kinerja emiten sawit tahun ini terpengaruh oleh penurunan harga CPO yang diakibatkan oleh Tarif Trump yang membuat harga komoditas turun.
Di sisi lain ada sentimen positif mengenai B40 yang bisa mendorong permintaan dari volume di tahun 2025.
“Namun, penurunan ASP di tahun ini juga perlu diantisipasi, karena bisa membuat pertumbuhan top line jadi terbatas,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (8/4).
Secara valuasi, harga saham SGRO masih ada di bawah kompetitor. Price to earning (P/E) ratio SGRO berada di 5,18x, sedangkan P/E ration median kompetitor ada di level 9,89x.
Lalu, price to book value (PBV) SGRO sebesar 0,67x, sementara PBV median kompetitor 1,24x. Meskipun begitu, Azis belum memberikan rekomendasi saham untuk SGRO.
“Walaupun secara valuasi terbilang murah, tetapi saat ini pergerakan saham SGRO memiliki fluktuasi yang tinggi. Sehingga, disarankan untuk wait and see terlebih dahulu,” paparnya.
Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe melihat, perubahan kegiatan usaha SGRO mengindikasikan ada upaya diversifikasi usaha yang kemungkinan dilakukan lewat anak usahanya.
Namun, arah bisnis SGRO tetap harus dilihat kembali setelah RUPST digelar bulan Mei mendatang. Sebab, setelah hasil RUPST keluar, bisa dilanjut dengan menghitung valuasi anak-anak usahanya dan akan seperti apa bentuk penyertaan kepemilikannya nanti.
“Selama ini dia hanya bisnis dari CPO saja, ada kemungkinan akan memasukan bisnis-bisnis lain (dengan perubahan bisnis). Tapi, tetap harus menunggu hasil RUPST nanti,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (8/4).
Dengan upaya itu, prospek kinerja SGRO dilihat masih baik, meskipun bakal kehilangan sumber pendapatan utamanya saat ini, yaitu bisnis CPO. “Apalagi, PBV SGRO masih di bawah 1x sekarang ini,” tuturnya.
Kiswoyo merekomendasikan SGRO dengan target harga di level Rp 3.400 per saham. Price to book value (PBV) SGRO juga tercatat masih di bawah 1x, yaitu 0,69x.
“Namun, likuiditas sahamnya kecil, jangan masuk terlalu banyak,” ungkapnya.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, pergerakan harga saham SGRO ada di level support Rp 2.160 per saham dan level resistance Rp 2.210 per saham. Herditya pun merekomendasikan buy if break untuk SGRO dengan target harga Rp 2.230 - Rp 2.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News