Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham masih menaruh harapan terhadap negosiasi antara Amerika Serikat (AS) dan China. Harapan semakin besar seiring dengan semakin dekatnya tanggal 15 Desember, jadwal Washington mengenakan tarif lebih besar terhadap barang-barang China.
"Bila tidak terjadi kesepakatan dan terjadi kenaikan tarif maka pasar akan merespon dengan negatif," kata Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee dalam keterangan yang diterima Kontan.co.id, Sabtu (20/11). Pada awal pekan ini Presiden Donald Trump menyatakan keberpihakannya terhadap demonstran di Hong Kong dengan menandatangani dua undang-undang yang mendukung para demonstran.
Padahal demonstrasi yang berlarut-larut di Hong Kong menjadi salah satu masalah paling sulit yang sedang dihadapi China. Dukungan tersebut memicu kemarahan China di mana Kementerian Luar Negeri China kemudian mengecam dan mengancam akan membalas tindakan tersebut.
Baca Juga: Tahun 2019 tinggal sebulan, IHSG termasuk indeks berkinerja terburuk
Dampak dan balasan dari China atas kebijakan Trump ini akan menjadi perhatian pasar pekan depan. Ekspektasi dari pelaku pasar saat ini adalah hal tersebut tidak akan mengganggu kesepakatan kedua negara. "Bila terjadi sebaliknya, maka pelaku pasar harus bersiap menghadapi sell off," kata Hans .
Sentimen global lain yang akan mempengaruhi yakni data ekonomi AS yang positif. Pertumbuhan PDB kuartal ketiga direvisi, rilis sebelumnya menyatakan sebesar 1,9% kiniĀ menjadi 2,1%. Sementara itu, data pesanan barang tahan lama naik 0,6% pada Oktober, jauh melebihi ekspektasi penurunan 0,8%.
Data klaim pengangguran mingguan juga turun menjadi 213.000 dari 227.000. The Fed mencatat defisit perdagangan barang AS menunjukkan penurunan ada Oktober karena ekspor dan impor menurun. Sehingga diperkirakan tidak akan terjadi penurunan bunga karena ekonomi AS masih positif. Meskipun diprediksi, The Fed masih akan mempertahankan suku bunga rendah.
Baca Juga: IHSG diprediksi lanjut menguat pada perdagangan pertama Desember
Sementara dari dalam negeri, kisruh pembubaran reksadana menekan kinerja IHSG. Terbukti beberapa saham blue chip yang ada di dalam list produk yang dibubarkan mengalami tekanan jual selama sepekan.
Jika aksi jual pembubaran reksadana telah berakhir, maka tekanan jual akan berkurang. Hans Kwee bilang, bila Otoritas Jasa KEuangan (OJK) konsisten dengan keputusannya, bukan tidak mungkin akan ada pembubaran beberapa produk reksadana lainnya akibat janji return.
Dengan kondisi pasar global dan regional saat ini, Hans Kwee memprediksi IHSG pekan depan akan bergerak di level support 5.939 sampai 5.767 dan resistance di level 6.100 sampai 6.200. "Investor kami rekomendasikan sell on strength ketika pasar menguat dan melakukan pembelian kalau terjadi koreksi dalam di pasar," imbuh Hans.
Hans juga menurunkan target IHSG akhir tahun ke level 6.220. IHSG juga masih berpeluang turun menguji level 5.524 dalam beberapa pekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News