Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun ke level terendah dalam satu minggu pada Rabu (22/1), karena pasar mempertimbangkan dampak dari tarif yang diusulkan Presiden AS Donald Trump terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan energi.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 29 sen, atau 0,4%, menjadi US$79,00 per barel.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 39 sen, atau 0,5%, menjadi US$75,44 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Stabil Rabu (22/1), Brent ke US$79,38 dan WTI ke US$75,84
Penurunan ini menandai hari kelima berturut-turut Brent mengalami pelemahan, pertama kali sejak September, dan hari keempat berturut-turut untuk WTI, pertama kali sejak November.
Kedua patokan minyak mentah tersebut ditutup di level terendah sejak 9 Januari selama dua hari berturut-turut.
"Potensi sanksi di bawah pemerintahan Trump yang baru tetap tidak jelas, dengan tarif terhadap Kanada dan Meksiko tampaknya menjadi fokus utama ketidakpastian pedagang," tulis analis dari firma penasihat energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.
Trump menyatakan bahwa pemerintahannya sedang membahas penerapan tarif 10% pada barang-barang impor dari Tiongkok mulai 1 Februari.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Saat Rencana Trump untuk Meningkatkan Produksi Minyak AS
Ia juga mengindikasikan tarif sekitar 25% untuk Meksiko dan Kanada, serta berjanji mengenakan bea impor pada produk dari Eropa dan mengancam tarif baru terhadap Rusia jika negara tersebut tidak menyetujui kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina.
"Perhatian pasar minyak perlahan-lahan beralih dari sanksi AS terhadap Rusia ke potensi kebijakan perdagangan Trump," ujar analis dari ING, menambahkan bahwa ancaman tarif yang terus meningkat telah menekan kompleks energi.
Di Eropa, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz berupaya menunjukkan persatuan dalam pertemuan di Paris, di tengah upaya Eropa untuk merespons ancaman tarif dari AS secara bersama-sama.
Trump juga mengatakan bahwa pemerintahannya kemungkinan akan "menghentikan" pembelian minyak dari Venezuela, anggota OPEC yang berada di bawah sanksi AS.
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Pasar Menanti Pengumuman Kebijakan Trump
Data Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa AS mengimpor sekitar 200.000 barel per hari (bpd) minyak dari Venezuela selama 10 bulan pertama tahun 2024, meningkat dari rata-rata 100.000 bpd pada 2023.
Sementara itu, Iran, anggota OPEC lainnya yang juga berada di bawah sanksi AS, mengirim pesan damai kepada para pemimpin Barat di Davos, dengan seorang pejabat tinggi membantah bahwa Iran menginginkan senjata nuklir dan menawarkan diskusi tentang peluang kerja sama.
Dalam berita OPEC lainnya, ekspor minyak mentah Arab Saudi pada November mencapai level tertinggi dalam delapan bulan.
Analis memproyeksikan stok minyak mentah AS turun sekitar 1,6 juta barel pekan lalu, menjelang rilis data dari American Petroleum Institute (API) pada Rabu dan EIA pada Kamis.
Jika benar, ini akan menjadi pertama kalinya perusahaan energi menarik minyak dari penyimpanan selama sembilan pekan berturut-turut sejak Januari 2018, ketika mereka menarik minyak selama 10 pekan berturut-turut, mencetak rekor.
Sebagai perbandingan, penarikan pada pekan yang sama tahun lalu mencapai 9,2 juta barel, sementara rata-rata penarikan selama lima tahun terakhir (2020-2024) sebesar 800.000 barel.
Secara terpisah, beberapa pelabuhan di Texas mulai kembali beroperasi pada Rabu setelah Badai Musim Dingin Enzo mengganggu operasi energi dan pengiriman awal pekan ini.
Selanjutnya: BYD Bangun Pabrik Di Subang US$ 1 M, Cek Harga BYD Atto-Dolphin-Denza & M6 2025
Menarik Dibaca: Promo Payday Chatime Ada Harga Spesial Hanya Rp 20.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News