Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah analis memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan bergerak di bawah level saat ini bila tak ditopang saham-saham konglomerat.
Sebagai informasi, di perdagangan hari ini (17/7), IHSG ditutup menguat 1,32% ke level 7.287. Dalam lima hari terakhir, IHSG sudah menguat 3,53% dan sejak awal tahun naik 1,73% (year to date/YtD).
Sayangnya, hal ini tak sejalan dengan gerak indeks unggulan IHSG, seperti indeks LQ45, IDX30, dan Kompas100. Sejak awal tahun hingga Kamis (17/7), ketiganya sudah terkoreksi masing-masing sebesar 4,71%, 3,71%, dan 1,80% YtD.
Baca Juga: IHSG Menguat 1,32% ke 7,287 pada Kamis (17/7), BRPT, ISAT, CPIN Jadi Top Gainers LQ45
Selama rentang waktu tersebut, dana asing juga sudah menguap sebanyak Rp 60,44 triliun.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah menilai, penguatan IHSG saat ini didorong oleh saham-saham konglomerasi, seperti grup Djarum, Salim, Sinar Mas, dan Barito.
Tanpa gebrakan saham-saham mereka, Fath menaksir IHSG bisa bergerak di bawah angka saat ini.
“Ini saya agak susah karena hitungnya harus manual, tapi perkiraan di level 6.000-an,” jelas Fath saat ditanya Kontan, Kamis (17/7).
Praktisi Pasar Modal sekaligus Founder WH-Project William Hartanto juga menaksir, IHSG bisa saja bergerak di bawah angka saat ini. “Perkiraan saya belum mencapai 7.000,” katanya.
Menurut William, fenomena penguatan IHSG saat ini memang lumrah terjadi di pasar saham menjelang kedatangan saham-saham blue chip baru.
Soal itu, William memang menangkap adanya perpindahan preferensi investor dari saham blue chip seperti perbankan ke saham sektor lain. Itu sebabnya menurut dia, net sell asing deras sejak awal tahun.
Baca Juga: IHSG Menguat Berkat Saham Konglomerat, Bagaimana Fundamentalnya?
“Akan terjadi net buy kembali setelah selesai net sell ini, jadi sementara saran saya wait and see dulu untuk mengukur,” prediksinya.
Adapun menurut Fath, momentum ini dapat berlanjut hingga aliran dana ke saham-saham blue chips seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan lainnya membaik.
Saat ini menurut Fath, pasar tengah memperhatikan momentum seperti rebalancing indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI), rilis kinerja keuangan kuartal ll-2025, dan potensi aksi korporasi untuk emiten terkait.
Untuk sementara, William merekomendasikan investor untuk mencermati saham-saham konglomerat, basic material, dan energi.
Selanjutnya: Aptindo: Impor Gandum AS Wajar, Indonesia Memang Tak Punya Sumber Domestik
Menarik Dibaca: Bikin Kenyang Lebih Lama, Ini 4 Manfaat Protein untuk Diet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News