Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak mentah diproyeksikan akan naik, didukung oleh sejumlah faktor.
Berdasarkan trading economics, pada Kamis (17/7) pukul 17.25 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ada di level US$ 66,69 per barel, naik 0,48% dibading sehari sebelumnya.
Girta Putra Yoga, Research and Development ICDX mengatakan, penguatan harga ini didukung oleh sentimen dari sinyal eskalasi konflik Israel - Suriah, potensi gangguan di ladang minyak Kurdistan, dan indikasi permintaan yang kuat di pasar minyak AS.
“Meski demikian, isyarat meredanya tensi dagang antara AS dengan China, India, dan Eropa membatasi pergerakan harga lebih lanjut,” ujar Girta kepada Kontan, Kamis (17/7).
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Kamis (17/7), Brent ke US$68,83 dan WTI ke US$66,99
Disebutkan bahwa Israel melancarkan serangan udara dahsyat di Damaskus pada hari Rabu, serta bersumpah untuk menghancurkan pasukan pemerintah yang menyerang warga Druze di Suriah selatan dan menuntut mereka untuk mundur.
Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa pada Kamis mengatakan bahwa melindungi warga Druze bukanlah urusan Israel, dan menegaskan Suriah tidak takut perang dan siap berperang jika martabat mereka terancam. Serangan Israel tersebut sekaligus menandai eskalasi signifikan antara Israel dengan Suriah yang berpotensi mengarah pada konflik baru di wilayah Timur Tengah.
Turut mendukung harga, sebuah serangan drone menghantam ladang minyak yang dioperasikan oleh perusahaan AS Hunt Oil di kota Dohuk, Kurdi Irak, pada hari Rabu, kata sumber keamanan. Di hari yang sama terjadi serangan kedua di ladang Ain Sifni.
“Serangkaian serangan terhadap ladang minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan dalam beberapa hari terakhir tersebut memicu kekhawatiran akan mengganggu pasokan dari wilayah tersebut,” ucap Girta.
Sentimen lainnya datang dari laporan yang dirilis oleh EIA pada Rabu malam yang menunjukkan stok minyak mentah AS turun sebesar 3,86 juta barel untuk pada pekan lalu. Penurunan tersebut jauh melebihi prediksi awal yang memperkirakan stok akan turun sebesar 900.000 barel.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Melemah Tipis, Persediaan Bahan Bakar AS Naik
“Laporan EIA tersebut mengindikasikan permintaan yang kuat di pasar minyak AS,” kata Girta.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump pada hari Rabu menyatakan optimistis akan prospek kesepakatan dengan China terkait masalah obat-obatan terlarang, terutama fentanil yang menjadi penyebab utama kematian akibat overdosis di AS.
Selain isyarat membaiknya hubungan dagang dengan China, Trump pada hari Rabu juga mengatakan bahwa AS telah sangat dekat untuk mencapai kesepakatan dagang dengan India, dan kemungkinan akan mencapai kesepakatan dengan Eropa juga.
“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$69 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 64 per barel,” jelas Girta.
Selanjutnya: Wall Street Naik Disokong Kenaikan Saham Produsen Chip, Pasar Cermati Data Ekonomi AS
Menarik Dibaca: Bikin Kenyang Lebih Lama, Ini 4 Manfaat Protein untuk Diet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News