Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mempertahankan penguatannya selama sembilan hari berturut-turut. Kendati demikian, masih ada sejumlah catatan yang mempengaruhi pergerakan IHSG ke depan.
Pada Kamis (17/7), IHSG ditutup menguat 1,32% atau 95 poin ke 7.287,02 pada akhir perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus melihat secara fundamental, performa IHSG saat ini memang cukup baik. Namun menurutnya, indeks banyak terpengaruh pergerakan saham-saham konglomerat dan euforia sejumlah emiten yang melantai di bursa saham.
Ditambah, Amerika Serikat baru saja melonggarkan tarif untuk Indonesia dari 32% menjadi 19%. Bank Indonesia (BI) juga telah memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin dari 5,5% ke 5,25% kemarin.
“Sehingga semuanya sejalan dan sejauh ini yang memberikan kekuatan bagi IHSG untuk berada di 7.250 ke atas,” ujar pria yang akrab disapa Nico ini, Kamis (17/7).
Baca Juga: IHSG Menguat Berkat Saham Konglomerat, Bagaimana Fundamentalnya?
Meski demikian, ia menyoroti aliran keluar dana asing yang masih saja deras. Sejak awal tahun, dana investor asing di seluruh pasar (all market) sudah raib sebanyak Rp 60,44 triliun.
Ini turut memengaruhi kinerja indeks unggulan seperti LQ45, IDX30, dan Kompas100 yang terkoreksi masing-masing sebesar 4,71%, 3,71%, dan 1,80% (year to date/YtD).
Hal ini menurut Nico disebabkan kondisi ekonomi global yang melambat dan diperparah oleh perang tarif yang dilancarkan Amerika Serikat.
“Oleh sebab itu, pelaku pasar dan investor masih terus melakukan realokasi aset yang cocok, untuk memperhitungkan risk dan reward yang mereka dapatkan. Selain itu program andalan yang sedang berjalan sekarang juga tentunya membutuhkan dana yang tidak sedikit, yang berujung kepada penerbitan utang yang berpotensi mempengaruhi defisit fiskal yang berpotensi melebar,” jelas Nico.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Berikut, IHSG Diramal Lanjut Menguat pada Jumat (18/7)
Sebetulnya, lanjut Nico, situasi saat ini bisa saja menarik perhatian investor, namun prospek perekonomian, kebijakan fiskal dan moneter domestik jadi hambatannya. Apalagi ditambah potensi penerbitan utang baru yang cukup besar tahun ini untuk menutupi defisit.
“Oleh sebab itu, pelaku pasar dan investor asing tentu akan menimbang untung dan ruginya. Namun sekalipun situasi dan kondisinya berat bagi Indonesia, alokasi portfolio mereka di Indonesia pasti tetap ada meskipun terbatas,” tandasnya.
Selanjutnya: Pakar HI Ini Ingatkan Potensi Negara Lain Minta Imbalan Sama Seperti AS
Menarik Dibaca: Bikin Kenyang Lebih Lama, Ini 4 Manfaat Protein untuk Diet
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News