kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

BUMI Akuisisi DEWA dan Fajar di Harga Mahal


Kamis, 08 Januari 2009 / 08:02 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Jati diri PT Fajar Bumi Sakti mulai tersingkap. Perusahaan batubara yang baru saja dibeli oleh PT Bumi Resources (BUMI) Tbk seharga sekitar Rp 2,48 triliun ini, boleh dibilang masih saudara BUMI.

Indonesian Coal Book 2007 dari Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menyebutkan, Bakrie Investindo adalah pemilik 99% saham Fajar Bumi Sakti. Bakrie Investindo adalah perusahaan investasi Grup Bakrie. Bloomberg bahkan mengungkapkan, Nalinkant Rathod, Komisaris BUMI, merupakan Presiden Komisaris Fajar Bumi. Namun, Nalinkant enggan mengonfirmasi hal ini. "Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu," kata Nalinkant kemarin.

Sebelumnya, Direktur Bumi Eddie J. Sobari kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan, pembelian saham Fajar Bumi bukan merupakan transaksi afiliasi maupun benturan kepentingan. Eddie juga menegaskan bahwa akuisisi Fajar Bumi bukan merupakan transaksi material karena nilainya kurang dari 10% total pendapatan, kurang dari 20% total ekuitas BUMI. Hingga kuartal ketiga 2008, total aset BUMI sekitar Rp 40 triliun.

Sejauh ini, BEI menganggap aksi BUMI membeli Fajar Sakti adalah hal wajar. "Asal sesuai aturan," kata Direktur Utama BEI Erry Firmansyah.

Namun, Analis JP Morgan Securities Indonesia Stevanus Juanda menilai, BUMI terlalu mahal membeli Fajar Bumi. "Cadangan Fajar Bumi sebesar 114 juta ton. Artinya BUMI membayar sekitar US$ 2,6 per ton," katanya dalam riset, kemarin.

UNTR kalah dengan DEWA

Padahal, sebagian besar, harga batubara produksi perusahaan batubara yang lain, masih di bawah itu. Satu-satunya yang lebih tinggi dari Fajar Sakti adalah batubara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), yang seharga US$ 5,6 per ton.

Selain soal akuisisi Fajar Bumi, JP Morgan juga menyoroti aksi BUMI membeli PT Darma Henwa (DEWA) Tbk dua minggu lalu, seharga Rp 2,41 triliun. JP Morgan menghitung, BUMI membayar saham DEWA dengan rasio harga saham terhadap laba bersih per saham atau price to earning ratio (PER) 50 kali. Padahal PT United Tractors Tbk (UNTR), kompetitor DEWA, cuma memiliki PER 8,6 kali pada 2008, dan 5,5 kali tahun ini.

Bahkan, jika laba bersih DEWA naik dua kali atau bahkan tiga kali pada 2009, PER DEWA masih sekitar 26 kali dan 17,3 kali. "Kami menganggap akuisisi DEWA ini mahal karena BUMI membayar 600% lebih tinggi dari kapitalisasi pasar sebelum pengumuman akuisisi," kata Stevanus.

Riset Felicia Barus, Analis Danareksa Sekuritas, menyebutkan BUMI membayar saham DEWA seharga
Rp 354 per saham, atau lima kali dari harga pasar pada 6 Januari 2008, yaitu Rp 61 per saham. Selain itu, BUMI membeli DEWA dengan PER 27 kali di 2009. Padahal, PER BUMI di 2009 hanya 4,8 kali. "Kami menyimpulkan pembelian saham DEWA tidak menguntungkan pemegang saham minoritas BUMI," tulis riset Felicia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×