Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten properti kinerjanya bisa lebih cerah usai Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan.
Hari ini, Rabu (16/7), BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG).
Sejumlah emiten properti menyambut baik penurunan suku bunga itu. Direktur PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), Minarto Basuki menyatakan, penurunan suku bunga BI bagus untuk dunia usaha, termasuk industri properti.
“Penurunan suku bunga acuan akan memberi dampak bagus untuk pertumbuhan ekonomi dan perbaikan daya beli,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (16/7).
Senada, Direktur PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) Olivia Surodjo mengatakan, penurunan BI Rate membuat industri properti akan semakin menarik dan bisa menjadi katalisator positif.
Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) akan semakin menarik. Walaupun dampak dari penurunan suku bunga baru akan dirasakan sekitar 3-6 bulan lagi, namun saat ini saja bunga KPR sudah cukup menarik.
“Hal ini bisa mendorong minat masyarakat untuk membeli properti, terutama rumah tinggal. MTLA berharap sentimen-sentimen positif ini bisa mendukung kinerja positif perusahaan,” katanya kepada Kontan Rabu (16/7).
Baca Juga: Kinerja Emiten Properti Ditopang Recurring Income, Begini Rekomendasi Analis
Hingga Juni 2025, pendapatan prapenjualan alias marketing sales MTLA terkumpul sebanyak Rp 922 miliar. Ini terdiri dari pre sales dan recurring revenue. Raihan tersebut sudah 46% dari target tahun 2025 yang sebesar Rp 2 triliun.
“Sebesar 60% marketing sales berasal dari penjualan residensial. Sisanya, berasal dari recurring revenue yang mencakup pendapatan mal, hotel dan usaha bidang lainya,” ungkapnya.
Prospek dan Rekomendasi Saham
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan, tren penurunan suku bunga diharapkan bisa berlanjut.
“Permintaan kredit akan meningkat. Konsumsi domestik pun bisa meningkat, sehingga meningkatkan recurring income emiten properti,” ujarnya kepada Kontan hari ini.
Nafan pun merekomendasikan add di area entry level Rp 915 – Rp 955 per saham untuk CTRA, dengan target harga terdekat Rp 1.035 per saham. Rekomendasi accumulative buy di area entry level Rp 368 – Rp 378 per saham untuk SMRA, dengan target harga terdekat Rp 398 per saham.
Senada, Analis Edvisor Profina Visindo, Indy Naila melihat, penurunan suku bunga bisa memulihkan daya beli masyarakat dan menurunkan kredit hunian. Sehingga, ke depan margin emiten properti juga bisa meningkat.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham dan Prospek Emiten Properti yang Baru Tebar Dividen
“Perlu ada insentif dari pemerintah juga untuk meningkatkan daya beli masyarakat ke properti,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (16/7). Indy pun menyarankan investor melirik CTRA dengan target harga Rp 1.100 per saham.
Praktisi Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto melihat, pergerakan saham BSDE ada di wilayah konsolidasi membentuk demand zone pada area Rp 780 - Rp 830 per saham. “Indikator MACD membentuk bullish divergence mengarah pada penguatan,” katanya kepada Kontan hari ini.
William pun merekomendasikan beli untuk BSDE dengan target harga Rp 900 – Rp 1.050 per saham.
Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi melihat, pergerakan saham CTRA ada di level support Rp 970 per saham dan resistance Rp 1.080 per saham.
“Berpeluang koreksi wajar untuk test support MA50 sebelum kembali rebound dan breakout resistance MA100. Indikator Rsi di 65 dan MACD histo +4,” katanya hari ini. Wafi pun merekomendasikan buy on weakness untuk CTRA dengan target harga Rp 1.808 per saham.
Baca Juga: Pasar Masih Bergejolak, Tantangan Emiten Properti Kawasan Industri Masih Banyak
Selanjutnya: Punya Stretch Mark? Ini 4 Cara Mencegah Stretch Mark Semakin Parah
Menarik Dibaca: Punya Stretch Mark? Ini 4 Cara Mencegah Stretch Mark Semakin Parah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News