kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

BEI Menyoroti Utang-Utang Baru BUMI


Selasa, 16 Desember 2008 / 08:13 WIB
BEI Menyoroti Utang-Utang Baru BUMI


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menyoroti aksi korporasi teranyar PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Saat ini, otoritas pasar modal Indonesia ini masih menanti penjelasan mengenai beberapa utang baru produsen batubara terbesar di Indonesia tersebut.

Eddy Sugito, Direktur Pencatatan BEI, menyatakan BEI sudah mengirimkan surat kepada manajemen Bumi. "Kami menanyakan terms and conditions seperti apa, lalu krediturnya siapa, dan untuk apa utangnya," kata dia di Jakarta, kemarin.

Pada 10 Desember 2008, BUMI mengumumkan telah mendapatkan utang sebanyak 63 juta dolar Kanada, dan 55 juta poundsterling dari kreditur asing. Total nilai utang baru ini setara dengan Rp 1,43 triliun.

Pinjaman itu berjangka waktu 35 bulan dan memiliki Perjanjian Opsi. Tak jelas, apa maksud perjanjian opsi tersebut. BUMI juga tidak mengungkapkan pihak pemberi pinjaman dan penggunaan utang itu.

Sebelumnya, BUMI juga telah mengantongi utang baru senilai US$ 175 juta dari Credit Suisse. Dileep Srivastava, Senior Vice President Investor Relations BUMI, pernah menyatakan bahwa utang-utang tersebut untuk menutup belanja modal.

Maklum, dua anak usaha BUMI, yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia, pada 2008-2012 membutuhkan belanja modal US$ 450 juta-US$ 500 juta. Anggaran itu untuk menaikkan kapasitas produksi batubara jadi 100 juta ton per tahun pada 2012.

KPC dan Arutmin juga memerlukan dana untuk membeli alat-alat berat. Menurut Dileep, KPC dan Arutmin akan membeli sendiri alat-alat berat tersebut.

Sesuai porsi kepemilikan sahamnya di KPC dan Arutmin, BUMI akan memenuhi 70% dari total belanja modal. Tata Power, pemegang 30% saham KPC dan Arutmin, menanggung sisanya. "Saat ini, kami masih review kembali kebutuhan belanja modal itu," kata Dileep kepada KONTAN, kemarin.

Selain belanja modal, BUMI perlu duit banyak untuk program pembelian kembali atau buy back 17% saham. BUMI mungkin akan menutup kebutuhan dana itu dari penerbitan surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) senilai US$ 600 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×