Sumber: KONTAN | Editor: Didi Rhoseno Ardi
JAKARTA. Manajemen PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tak yakin bisa mencapai target produksi batubara tahun ini sebesar 60 juta ton. Penyebabnya adalah kendala izin areal tambang, curah hujan yang tinggi, dan keterlambatan pengiriman batubara pada kuartal keempat 2008.
Per 30 September 2008, BUMI sudah memproduksi 37,5 juta batubara. Jumlah ini hanya naik tipis ketimbang produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 37,2 juta ton. "Tapi kami mengharapkan produksi tahun ini masih tetap naik dari tahun lalu," kata Senior Vice President Investor Relations BUMI Dileep Srivastava kemarin (14/11).
Tahun lalu, BUMI memproduksi 52 juta ton batubara. Sementara penjualan batubara BUMI mencapai 55 juta ton.
Hingga September 2008, BUMI sudah menjual 37,9 juta ton batubara. Volume penjualan ini lebih rendah ketimbang periode yang sama setahun lalu, yaitu seberat 40,7 juta ton.
Toh, BUMI masih bisa membukukan pendapatan US$ 2,43 miliar, atau naik 47,27% ketimbang pendapatan tahun sebelumnya. Penyebabnya apalagi kalau bukan dari kenaikan harga jual batubara BUMI. Soalnya, pada 2007 lalu, harga jual rata-rata batubara BUMI hanya US$ 44 per ton. Tahun ini, harga jual rata-rata US$ 70,5 per ton.
Selain curah hujan dan keterlambatan pengiriman, BUMI juga menemui masalah dengan kontraktor dan alat-alat berat. Tapi, belum jelas biang keladi persoalan tersebut.
Dileep menjelaskan, sejak kuartal ketiga 2008, BUMI sudah mendapatkan tambahan alat berat. Tapi, penambahan alat-alat berat itu lebih banyak untuk menopang produksi tahun depan. "Tambahan alat berat untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 65 juta ton per tahun di 2009 sudah dipesan dan sedang dikirim," katanya.
Tapi, dia tak menjelaskan sumber dana pembelian alat berat itu. Selanjutnya, BUMI akan melihat kebutuhan tambahan untuk mencapai target produksi 100 juta ton per tahun.
Analis Reliance Securities Gina Novrina Nasution berpendapat, saat ini, BUMI belum perlu menambah alat berat. Pasalnya, dia melihat, permintaan batubara bakal turun di 2009 nanti. "Kalau beli alat berat sekarang dengan tujuan menggenjot produksi, maka itu tidak akan efisien," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News