kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ADMG meraih berkah dari monopoli alamiah


Senin, 09 Desember 2013 / 18:15 WIB
ADMG meraih berkah dari monopoli alamiah
ILUSTRASI. FILE PHOTO - Sheets of copper cathode are seen at the copper cathode plant inside La Escondida, the world's biggest copper mine, near Antofagasta, Chile March 31, 2008. REUTERS/Ivan Alvarado/File Photo


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Suatu perusahaan dapat disebut monopoli alamiah ketika hanya ada satu perusahaan yang bertahan karena perusahaan lain tidak mampu membiayai operasional bisnisnya. Contoh perusahaan dari hasil monopoli alamiah adalah PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Itu merupakan contoh perusahaan berstatus pelat merah.

Sementara, dari sektor swasta contohnya ada PT Petrochem Indonesia Tbk (ADMG). Bagaimana ADMG bisa termasuk dalam perusahaan monopoli alamiah?

"Pembuatan EOD itu mahal, dan di Indonesia hanya kami produsennya," jelas Jusup Agus Sayono, Direktur & Sekertaris Perusahaan ADMG, (9/12).

Sekadar informasi saja, Ethylene oxide derivative (EOD) merupakan senyawa yang dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bahan baku mulai dari sabun hingga polyester yang dijadikan campuran pembuatan pakaian yang kita gunakan sehari-hari.

Nilai investasi untuk operasional pembuatan EOD ini terbilang besar. Manajemen harus menyiapkan minimal US$ 25 juta hingga US$ 30 juta hanya untuk peningkatan kapasitas terpasang pabrik EOD.

Setiap tiga tahun, manajemen juga harus mengganti katalisator di bagian mesin pabrik. Setiap penggantian, biayanya diperkirakan sekitar US$ 10 juta.

Meski demikian, pangsa pasar bahan kimia EOD terus meningkat dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. "Dulu, orang mandi pakai arang sekarang pakai sabun. Di dalam sabun juga ada campuran EOD-nya," imbuh Jusup.

Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan pangsa pasar EOD domestik setiap tahunnya ikut terkerek sekitar 5%-10%. Bukan hanya itu, pangsa pasar polyester yang menggunakan EOD yang dicampur dengan minyak bumi juga setiap tahunnya meningkat 6% sehingga pada akhirnya turut mengerek permintaan EOD.

Menangkap peluang tersebut, manajemen mulai fokus menggenjot produksi EOD mulai tahun depan. Caranya, ADMG menambah kapasitas terpasang pabrik EOD miliknya dua kali lipat, menjadi 84 ribu metrik ton per tahun.

Manajemen juga akan membeli lahan seluas 12 hektare di samping kawasan pabrik yang sudah dimiliki ADMG selama ini. Untuk jangka panjang, pabrik ini nantinya akan digunakan untuk pembangunan pabrik EOD baru ADMG.

Dengan prospek EOD dan ekspansi yang ada, tahun depan ADMG membidik pertumbuhan pendapatan 25%. Jika dibandingkan dengan target ADMG tahun ini senilai US$ 450 juta, maka tahun depan pendapatan ADMG diproyeksikan mencapai US$ 470 juta.

Untuk bottom line, manajemen mematok angka US$ 22 juta. Angka ini naik 83% jika dibandingkan laba bersih ADMG kuartal III 2013, sebesar US$ 12,12 juta.

"Kinerja itu masih akan kami andalkan dari pasar dalam negeri, bukan asing," jelas Jusup.

Memang, selama ini ADMG cenderung meraup pendapatan dari pasar domestik. Hingga kuartal III 2013, penjualan domestik ADMG senilai US$ 325,39 juta, atau US$ 87% dari total penjualan ADMG, senilai US$ 374,37 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×