kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Prospek Valas Asia Masih Diwarnai Volatilitas, Yen Jepang Jadi Pilihan Menarik


Rabu, 16 Juli 2025 / 20:37 WIB
Prospek Valas Asia Masih Diwarnai Volatilitas, Yen Jepang Jadi Pilihan Menarik
ILUSTRASI. Kinerja mata uang Asia masih terbebani oleh perkembangan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. REUTERS/Jason Lee/Illustration/File Photo


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja mata uang Asia masih terbebani oleh perkembangan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Mayoritas mata uang di kawasan tersebut tunduk terhadap dolar AS dalam sepekan.

Mengutip data Bloomberg, Rabu (16/7) yen Jepang (JPY) menjadi mata uang dengan koreksi terparah minus 1,60% ke posisi 148,71 per dolar AS selama sepekan. Disusul won Korea (KRW) minus 1,05% ke posisi 1.389,95 per dolar AS dan dolar Taiwan (TWD) minus 0,90% ke posisi 29,418 per dolar AS. Sementara rupiah juga mengalami tekanan tipis minus 0,17% ke posisi Rp 16.287 per dolar AS.

Meski begitu, baht Thailand (THB) justru menunjukkan penguatan 0,45% dalam sepekan terakhir ke posisi 32,533 per dolar AS. Adapun ringgit Malaysia (MYR) menguat 0,17% ke posisi 4,2445 per dolar AS dan yuan China (CNY) naik tipis 0,008% ke posisi 7,1801 per dolar AS.

Baca Juga: Dolar AS dalam Tren Pelemahan, Cermati Valas Berikut yang Masih Prospektif

Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures mengatakan, umumnya tekanan ini memang masih diliputi oleh kekhawatiran seputar tarif. Dalam sepekan terakhir, Trump masih agresif memberikan surat tarif kepada beberapa negara ekonomi besar seperti Uni Eropa, Kanada, Meksiko, Jepang, Brazil. Sedangkan dengan China, urusan tarif masih belum ada titik terang.

Lukman menyoroti, CNY sendiri sebetulnya tidak bisa terlalu dikaitkan dengan perkembangan maupun data ekonomi secara kemampuan people’s bank of China (PBOC) dalam mengintervensi dan menentukan nilai tukar. "Sementara apresiasi pada THB masih cukup volatile oleh spekulasi ekonomi Thailand kedepan, terutama di tengah kekisruhan politik," jelas Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (15/7).

Jepang dan Korea Selatan sebagai bagian dari negara yang terkena tarif Trump ikut membebani ekonomi keduanya. Seperti diketahui, Trump mengenakan tarif 25% atas impor dari Jepang dan Korea Selatan mulai 1 Agustus 2025.

"Misalnya, Jepang, walaupun data-data ekonominya cukup untuk membukakan pintu bank of Japan (BoJ) menaikan suku bunga, tetapi jika ekspor mobil Jepang dimana produsen memilih untuk menurunkan harga jual untuk destinasi ekspor ke AS, hal ini menurunkan profitabilitas mereka dan tentunya akan meredam kenaikan upah pekerja di sektor otomotif yang berujung pada menurunya daya beli," terang Lukman.

Sutopo Widodo, Presiden Komisioner HFX International Berjangka memandang, pasar valas Asia diperkirakan akan tetap ditandai oleh volatilitas. Meskipun ada potensi penguatan bertahap jika sentimen terhadap Dolar AS mulai mereda dan Federal Reserve (Fed) melonggarkan kebijakan moneternya.

Sutopo justru menyoroti, CNY dan THB terlihat paling menarik karena ketahanan kedua mata uang tersebut di tengah tekanan Dolar AS. CNY didukung oleh kekuatan ekonomi China dan kebijakan yang terkontrol, sementara THB mendapat dorongan dari pemulihan sektor pariwisata.

Baca Juga: Valas Alternatif dan Emas Bisa Menjadi Pilihan Investasi

Selain itu, IDR dan KRW juga memiliki potensi daya tarik jika kondisi pasar global membaik dan dolar AS terkoreksi, mengingat beberapa pandangan yang mengindikasikan bahwa mata uang ini undervalued.

Lukman melanjutkan, prospek valas Asia tetap bersandar pada perkembangan tarif. Jika tidak ada kesepakatan, maka mata uang Asia masih akan tertekan, walaupun dolar AS sendiri juga ikut melemah. Namun, asumsi jika ada kesepakatan yang wajar, tarif yang masuk akal dan diterima semua pihak, maka smua mata uang Asia akan menguat.

"Saya kira JPY yang paling menjanjikan dengan potensi kembali di kisaran 135 – 145 per dolar AS hingga akhir tahun 2025. MYR berpotensi menuju 4,000 per dolar AS dengan optimisme ekonomi, PHP di kisaran 55,0000 per dolar AS, dan IDR  di kisaran Rp 16.000 – Rp 16.500 per dolar AS," tutup Lukman.

Selanjutnya: KUR Khusus Peternakan Dinilai Lebih Ideal Gunakan APBN

Menarik Dibaca: 5 Aroma Parfum yang Cocok Dipakai Siang Hari, Segarnya Bikin Semangat!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×