kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tren bunga tinggi bisa jadi bumerang saham perbankan di MSCI Emerging Market


Selasa, 04 September 2018 / 06:30 WIB
Tren bunga tinggi bisa jadi bumerang saham perbankan di MSCI Emerging Market


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan bobot indeks MSCI Emerging Market, perlu menjadi perhatian. Ini karena, ketika bobot indeks saham Tanah Air berkurang atau turun, maka investor asing berpotensi keluar dari indeks saham Indonesia.

Dalam indeks MSCI, saham Indonesia diwakili oleh beberapa saham emiten perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri (BMRI). Sayangnya, di Tanah Air sendiri, saham saham tersebut tengah berjuang melawan risiko dari tren suku bunga tinggi.

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra mengatakan, secara teori, kenaikan suku bunga akan menaikkan porsi pendapatan bunga perbankan. Namun, di sisi lain ada penyesuaian di sisi cost of fund-nya.

"Kenaikan di sisi ini akan ternilai dari kualitas aset perbankan. Jika dirasa NPL (kredit macet) naik dan NIM (margin bunga) tergerus, maka persepsi asing bisa negatif, negatif di sini bisa saja bobot portfolio (MSCI) dikurangi namun tidak hilang sama sekali," kata Aditya kepada Kontan, Senin (3/9).

Dengan kondisi seperti ini, dia menilai sektor perbankan akan terkoreksi dan dari sisi investor harus cermat untuk menurunkan bobot namun tidak sepenuhnya hilang. Namun, untuk jangka panjang prospek sektor perbankan dianggap sangat positif, meskipun saat ini siklus dan kondisi akan membuat beberapa saham tersebut mengalami penyesuaian terlebih dahulu.

"Saat ini memang terdapat risiko karena flat yield curve, di masa-masa dimana suku bunga jangka pendek lebih mendekati suku bunga jangka panjang maka kekhawatiran itu semakin besar," tandasnya.

Sebagaimana diketahui, masuknya saham China dalam indeks MSCI berpotensi menggerus daya tarik saham Indonesia di indeks benchmark emerging market tersebut. Ini karena porsi indeks negara-negara lain tentu akan berkurang, termasuk saham milik Tanah Air.

Penerbit indeks global MSCI Inc. menambahkan saham China ke indeks pasar negara berkembang tahap kedua pada hari Senin ini, mengikuti debut pada bulan Juni. Investor asing mengantre masuk ke kelas aset China.

Berdasarkan perkiraan tidak resmi MSCI yang dikutip dari Reuters menunjukkan, inklusi dua tahap saham China ke dalam indeks Emerging Market MSCI ini akan menggiring arus masuk sekitar US$ 17 miliar ke bursa saham China. Tetapi setelah tahap kedua minggu depan, bobot saham A China diperkirakan masih hanya terdiri dari 0,8% indeks pasar negara berkembang.

Sejak tahap pertama keikutsertaan saham China di MSCI, jumlah investor asing di China telah melonjak sekitar 30%, menurut data bursa, di tengah volatilitas pasar yang tericu oleh memburuknya hubungan perdagangan Tiongkok-AS.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×