Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sektor pertambangan nikel, PT PAM Mineral Tbk (NICL) berhasil mencatatkan penjualan pada semester I-2025 sebesar Rp 1,05 triliun, atau meroket sebesar 152,07% year on year (yoy) dibandingkan dengan perolehan penjualan pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 419,19 miliar.
Peningkatan yang signifikan pada nilai penjualan NICL ditopang oleh peningkatan volume penjualan nikel dari 707.597 metrik ton pada semester I-2024 menjadi 1.885.433 metrik ton pada semester I-2025 atau meningkat sebesar 166,46% yoy.
Imbas dari peningkatan penjualan diiringi dengan efisiensi biaya, laba kotor NICL juga meningkat tajam dari Rp 142,85 miliar pada semester I-2024 menjadi sebesar Rp 523,46 miliar. Hal ini mencerminkan peningkatan yang signifikan sebesar 266,43% yoy. Seiring dengan peningkatan laba kotor, margin laba kotor NICL juga mengalami peningkatan dari sebesar 34,08% melesat menjadi sebesar 49,54%.
Bersamaan dengan itu, laba usaha NICL juga melesat dari sebelumnya hanya sebesar Rp 87,87 miliar pada semester I-2024 menjadi Rp 456,30 miliar pada semester I-2025 atau meningkat tajam sebesar 419,32% yoy.
Baca Juga: Saham Taipan Prajogo Pangestu (CDIA) Cetak ARA, Harga Melonjak 374,61% Sejak IPO
Peningkatan volume penjualan serta efisiensi beban usaha menyebabkan laba neto periode berjalan NICL melambung tajam yaitu sebesar 386,51% yoy menjadi Rp 358,07 miliar pada semester I-2025, dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp 73,59 miliar.
Ruddy Tjanaka, Direktur Utama PAM Mineral mengatakan, sejak akhir tahun 2024, harga acuan nikel domestik mengalami penurunan sebesar 3,80%. Hal ini sejalan dengan tren global dan euforia pasar kendaraan listrik yang mulai normal serta meningkatnya permintaan baja stainless steel.
Manajemen NICL melihat bahwa penurunan harga nikel tersebut merupakan koreksi positif dan sudah diprediksi oleh perusahaan. NICL sudah menyiapkan langkah antisipatif sejak awal tahun, tercermin dengan kinerja operasional dan keuangan perusahaan yang bertumbuh pada semester pertama tahun 2025.
“Kami meyakini penurunan harga ini merupakan fluktuasi jangka pendek dan perusahaan berkomitmen untuk tetap adaptif terhadap situasi terkini guna mempersiapkan juga mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi,” ungkap dia dalam siaran pers yang diterima Kontan, Senin (21/7).
Dia menambahkan, di tengah situasi geopolitik global yang belum stabil dan turut berdampak pada perekonomian dalam negeri, NICL tetap merasa puas dengan kinerja operasional dan keuangan perusahaan pada kuartal II-2025.
Lebih lanjut, NICL mencatatkan pertumbuhan Jumlah Aset pada semester I-2025 sebesar Rp 1,09 triliun atau tumbuh sekitar 4,73% dibandingkan dengan Jumlah Aset pada tahun 2024 yaitu sebesar Rp 1,05 triliun.
Pada akhir Juni 2025, NICL mencatatkan penurunan jumlah liabilitas menjadi sebesar Rp 150,69 miliar, dibandingkan dengan periode akhir Desember 2024 sebesar Rp 171,92 miliar. Selain itu, emiten ini tidak memiliki utang bank jangka panjang.
Di sisi lain, total ekuitas NICL mengalami peningkatan dari Rp 878,18 miliar pada akhir Desember 2024 menjadi Rp 949,13 miliar pada periode semester satu I-2025. Hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba tahun berjalan perusahaan yang sangat signifikan.
Kinerja operasional NICL pada semester I-2025 memberikan dampak positif pada keuangan perseroan, sehingga posisi neraca perusahaan cukup sehat dan kuat.
Ruddy menambahkan, secara historis NICL selalu membagikan dividen dan pada tahun ini perusahaan juga telah membagikan dividen interim untuk periode buku 31 Maret 2025 kepada para pemegang sahamnya sebesar Rp 159,53 miliar atau setara dengan 82,60% dari laba bersih periode berjalan perusahaan.
“Ke depannya, kami berkomitmen untuk melakukan pembagian dividen kembali kepada pemegang saham yang besarannya akan menyesuaikan dengan persetujuan RUPS,” imbuh dia.
NICL pun memperkirakan pada semester II-2025 harga nikel masih bergerak fluktuatif imbas dari kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat yang masih menghantui stimulus ekonomi global ditambah dengan adanya kelebihan pasokan yang dapat menambah tekanan pada harga nikel.
Namun, industri nikel domestik memiliki peluang strategis dimana adanya ketegangan antara China dan negara barat yang membuat banyak negara mencari alternatif pasokan logam kritis. Lantas, Indonesia dapat memanfaatkan peluang itu sebagai pemain kunci non-China.
Kondisi dan situasi nikel domestik saat ini semakin kompetitif dengan adanya beberapa smelter yang beroperasi dengan berbagai teknologi. Hal ini menjadi keuntungan untuk NICL dengan beberapa jenis kategori ore yang diproduksi oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan pasar.
Melihat situasi pasar domestik saat ini, NICL berupaya memperluas jaringan pemasaran melalui upaya menjalin kerjasama dengan beberapa smelter dan trader. Alhasil, wilayah area pemasaran tidak hanya di wilayah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, melainkan juga sampai ke Pulau Obi dan Pulai Halmahera.
Tak hanya itu, NICL juga akan membuka peluang untuk mencari beberapa mitra strategis dalam rangka pengembangan usaha perusahaan.
Baca Juga: Metland (MTLA) Kembangkan Kawasan Komersial di Cibitung, Resmikan Platinum Cineplex
Selanjutnya: Transaksi Digital BNI Melesat 43% hingga Juni 2025
Menarik Dibaca: Update Terkini Gift Code Ojol The Game 21 Juli 2025 dari Codexplore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News