kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pamor saham Indonesia bisa tersalip China di MSCI


Senin, 03 September 2018 / 19:14 WIB
Pamor saham Indonesia bisa tersalip China di MSCI
ILUSTRASI. Bursa Asia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya saham China dalam indeks MSCI bakal mempengaruhi porsi indeks saham Indonesia di indeks internasional negara emerging market tersebut. Ini karena masuknya China akan mengurangi indeks saham negara-negara lain, termasuk porsi saham milik Tanah Air.

Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas David N. Sutyanto mengatakan, masuknya China ke MSCI Emerging Market Indeks tentunya akan berpengaruh pada saham negara berkembang lainnya. Namun, dia meyakini langkah itu dilakukan dengan pertimbangan khusus.

"Misalnya, tingkat risiko emerging market sudah mulai meningkat. Atau bahkan, mereka (MSCI) menganggap China punya potensi bagus seperti emerging market," kata David kepada Kontan, Senin (3/9).

Sebagai dampak awal, David menilai, kondisi ini bakal memberikan efek negatif bagi saham Indonesia. Namun, berhubung porsi China belum cukup besar di MSCI, David menilai ini baru langkah awal untuk memasukkan China di indeks MSCI.

Di sisi lain, David optimistis bahwa aham milik Indonesia masih cukup menarik di mata investor asing. Hanya saja, dengan tekanan pasar global yang masih cukup tinggi, begitu juga kondisi nilai tukar rupiah yang masih lemah, investor asing belum terlalu banyak melirik Indonesia.

"Indonesia masih punya banyak hal yang bisa dijual ke investor asing. Tapi mungkin sekarang, Indonesia jika dibandingkan negara lain, mungkin negara lain sedikit lebih bagus dan lebih menarik bagi investor asing," jelasnya.

Dengan maraknya gejolak pasar keuangan saat ini, David mengakui bahwa sentimen telah menekan kinerja pasar Tanah Air. Namun, kondisi tersebut tidak berlangungn berlarut-larut.

Sementara itu, indeks MSCI dinilai cukup subjektif sehingga untuk mempertahankan posisi indeks saham Indonesia di MSCI sangat bergantung pada MSCI itu sendiri. Adapun negara yang dianggap jadi saingan terberat indeks Tanah Air saat ini adalah Filipina dan Korea.

"Tapi Indonesia unik, dengan tingkat bunga yang tinggi, namun tidak terlalu tinggi, risiko sedikiti meningkat ditambah dengan nilai tukar yang melemah, membuat kita ngga bisa dibandingkan dengan negara-negara lain," ungkapnya.

Sebagai informasi, penerbit indeks global MSCI Inc. menambahkan saham China ke indeks pasar negara berkembang tahap kedua pada hari Senin ini, mengikuti debut pada bulan Juni. Investor asing mengantre masuk ke kelas aset China.

Berdasarkan perkiraan tidak resmi MSCI yang dikutip dari Reuters menunjukkan, inklusi dua tahap saham China ke dalam indeks Emerging Market MSCI ini akan menggiring arus masuk sekitar US$ 17 miliar ke bursa saham China. Tetapi setelah tahap kedua minggu depan, bobot saham A China diperkirakan masih hanya terdiri dari 0,8% indeks pasar negara berkembang.

Sejak tahap pertama keikutsertaan saham China di MSCI, jumlah investor asing di China telah melonjak sekitar 30%, menurut data bursa, di tengah volatilitas pasar yang tericu oleh memburuknya hubungan perdagangan Tiongkok-AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×