kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.986.000   17.000   0,86%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Tips Investasi Sandra Sunanto, Dirut Hartadinata: Bertumpu pada Nilai dan Stabilitas


Jumat, 25 April 2025 / 17:20 WIB
Tips Investasi Sandra Sunanto, Dirut Hartadinata: Bertumpu pada Nilai dan Stabilitas
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) Sandra Sunanto. Foto: DOK HRTA


Reporter: Inggit Yulis Tarigan | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia investasi sering diasosiasikan dengan risiko tinggi, spekulasi cepat, dan strategi agresif demi meraih keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu singkat. 

Namun, pendekatan berbeda datang dari Sandra Sunanto, Direktur PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) yang menempatkan stabilitas, kehati-hatian, dan nilai jangka panjang sebagai fondasi utama dalam menyusun portofolio investasinya.

Bagi Sandra, konsep investasi bukan sekadar menanam uang untuk imbal hasil. Melainkan cara untuk mempersiapkan masa depan dengan penuh kesadaran. 

Ia memulai perjalanannya dalam dunia investasi sejak awal karier profesionalnya, tepatnya setelah menerima gaji pertama dan mulai bisa menyisihkan sebagian pendapatan. Menariknya, investasi pertama yang ia lakukan bukan dalam bentuk saham atau properti, melainkan pendidikan. 

“Saya mulai belajar berinvestasi sejak pertama kali bekerja dan bisa mencari uang sendiri. Investasi pertama saya adalah untuk studi S2 pada tahun 1998. Buat saya, melanjutkan studi itu adalah investasi paling utama untuk masa depan,” kata Sandra kepada Kontan, Rabu (23/4).

Baca Juga: Kinerja Terdongkrak Harga Emas, Simak Rekomendasi Saham Hartadinata Abadi (HRTA)

Setelah pendidikan, fokus investasinya beralih ke aset yang tak kalah fundamental: emas batangan. Instrumen ini menjadi pintu masuk bagi Sandra dalam mengelola kekayaan jangka panjang.

Dimulai dari pembelian emas batangan seberat 10 gram, Sandra terus membangun portofolio emasnya secara perlahan namun konsisten.

Menurutnya, ketertarikan pada emas tidak hanya didasari oleh nilai intrinsik logam mulia tersebut, melainkan juga karena faktor budaya dan historis yang kuat di masyarakat Indonesia. 

“Emas itu nilainya relatif stabil dan cenderung naik dari tahun ke tahun. Selain itu, emas juga sangat dekat dengan budaya kita. Dari dulu sudah banyak anjuran dari ibu-ibu kita untuk membeli emas ketika punya uang, karena mudah diuangkan saat dibutuhkan, dan nilainya selalu stabil,” tutur Sandra.

Kini, portofolio investasinya terbagi atas 50% emas, 40% properti, dan 10% saham. Komposisi tersebut mencerminkan pendekatan konservatif namun terukur yang diyakini Sandra dapat memberikan ketahanan finansial di tengah dinamika ekonomi global.

Prinsip Sederhana dalam Investasi

Sandra pun memegang prinsip investasi yang sederhana tapi kokoh: kehati-hatian dan konsistensi. “Saya lebih memilih investasi yang jelas, bisa dipantau, dan tahan terhadap gejolak ekonomi. Bagi saya, investasi bukan soal cepat kaya, tapi bagaimana menyiapkan masa depan dengan lebih aman dan tenang,” ujarnya.

Salah satu pengalaman yang paling Sandra ingat selama berkecimpung di dunia investasi adalah saat menyadari kekuatan dari konsistensi kecil. Ia bercerita bagaimana kebiasaan membeli emas sedikit demi sedikit yang awalnya terasa seperti tidak menghasilkan apa-apa, justru menjadi penyelamat saat menghadapi kebutuhan mendesak. 

“Ketika ada keperluan, saya bisa menjual sebagian emas dengan harga jauh lebih tinggi dibanding saat membelinya dulu. Dari situ saya belajar bahwa kesabaran itu penting, dan emas benar-benar bisa jadi penyelamat di saat-saat genting,” katanya.

Meski banyak investor tergiur pada instrumen-instrumen baru dan tren investasi eksotis seperti koleksi jam tangan, tas mewah, atau sneakers edisi terbatas, Sandra memiliki pandangan yang berbeda. Ia tidak menganggap barang-barang tersebut sebagai investasi, melainkan sebagai bentuk penghargaan atas jerih payah. 

“Saya tidak melihat adanya nilai investasi dari koleksi eksotis seperti jam tangan atau tas. Beberapa barang-barang itu saya beli sebagai reward atas kerja keras saya, bukan sebagai instrumen investasi,” ujarnya.

Baca Juga: Permintaan Emas Batangan Melonjak, Hartadinata Abadi (HRTA) Bakal Tingkatkan Produksi

Saran untuk Anak Muda

Menanggapi semakin meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi, terutama di kalangan anak muda, Sandra memiliki pesan penting. Ia menyarankan agar siapa pun yang ingin memulai, tak perlu menunggu terlalu lama atau merasa harus memulai dengan jumlah besar. 

“Untuk anak-anak muda, jangan tunggu nanti untuk mulai berinvestasi. Mulailah dari sekarang, dan mulailah dari yang sederhana,” ucapnya.

Emas, menurut Sandra, merupakan instrumen yang ideal bagi investor pemula. Selain karena mudah dimengerti dan likuid, emas juga memiliki karakteristik pertumbuhan nilai yang cenderung stabil. 

“Bahkan sekarang sudah tersedia layanan untuk mencicil agar bisa memiliki emas. Anggap saja seperti menabung, tapi dalam bentuk yang nilainya terus bertumbuh,” tambahnya.

Melihat tren harga emas global yang mengalami lonjakan signifikan dalam satu tahun terakhir, Sandra juga merevisi pandangannya soal alokasi ideal portofolio. 

“Dulu anjuran saya adalah setidaknya 10% dari portofolio ada di emas. Tapi dengan kenaikan harga emas dunia yang bisa mencapai 40% dalam setahun terakhir, saya rasa sekarang idealnya sekitar 30% dari portofolio investasi sebaiknya dialokasikan ke emas,” jelasnya.

Di luar dunia investasi dan korporasi, Sandra tetap menjaga keseimbangan hidup dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan dan memperkaya diri. Ia gemar bermain piano, menyanyi, dan membaca buku dari berbagai genre–mulai dari topik manajemen hingga novel dan komik. 

Baca Juga: Hartadinata Abadi (HRTA) Siap Mengambil Peran Penting Dalam Ekosistem Bullion Bank

Sandra juga menikmati traveling, yang tidak hanya menjadi sarana rekreasi, tapi juga sumber inspirasi. “Traveling bagi saya bukan sekadar liburan, tapi juga cara untuk recharge energi dan mendapat wawasan atau bahkan ide bisnis baru,” katanya.

Dengan pendekatan investasi yang bertumpu pada nilai, stabilitas, dan pembelajaran sepanjang hayat, Sandra Sunanto menunjukkan bahwa investasi bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang prinsip, kedewasaan dalam mengambil keputusan, serta kesadaran akan masa depan.

Selanjutnya: Sri Mulyani Ungkap Rencana AS Mereformasi WTO

Menarik Dibaca: Produk Baru Somethinc Soroti Tren Kosmetik Hybrid dan Inklusivitas Warna Kulit

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×