kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.672.000   -6.000   -0,36%
  • USD/IDR 16.585   -130,00   -0,79%
  • IDX 6.271   -214,85   -3,31%
  • KOMPAS100 907   -39,76   -4,20%
  • LQ45 704   -27,76   -3,80%
  • ISSI 197   -7,32   -3,58%
  • IDX30 365   -13,68   -3,62%
  • IDXHIDIV20 445   -14,85   -3,23%
  • IDX80 103   -4,03   -3,77%
  • IDXV30 108   -4,81   -4,27%
  • IDXQ30 120   -4,00   -3,23%

Jurus Edwin Sebayang, Direktur Purwanto AM, Kelola Portofolio Investasi Pribadi


Sabtu, 01 Maret 2025 / 09:45 WIB
Jurus Edwin Sebayang, Direktur Purwanto AM, Kelola Portofolio Investasi Pribadi
ILUSTRASI. Direktur Purwanto Asset Management, Edwin Sebayang. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/02/2025


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjadi sosok di belakang perusahaan manajer investasi alias fund manager merupakan bekal berharga bagi Edwin Sebayang untuk mengelola portofolio pribadi dengan tepat.

Pria yang menjabat direktur di PT Purwanto Asset Management (Purwanto AM) ini telah melanglang buana di industri pasar modal dan aset manajemen lebih dari 27 tahun. 

Edwin bercerita sebagai fund manager yang memiliki lisensi Wakil Manajer Investasi (MWI), cara mengelola investasi pribadinya terpengaruh saat mengelola dana investor. 

"Artinya, ketika sebagai fund manager ketika mengelola ada dua jenis portofolio, yakni saham core dan alpha," jelasnya saat ditemui Kontan, Selasa (25/2).

Di keranjang portofolionya, aset terbesar yang dimiliki Edwin adalah saham dengan porsi 40%. Sementara sisanya ditempatkan di reksadana pendapatan tetap dan emas masing-masing 30%. 

Baca Juga: Belajar dari Strategi Investasi ala Dirut Digital Mediatama Maxima Budiasto Kusuma

Bagi saham dalam dua kategori

Nah, dalam memilih saham Edwin membagi saham pilihan ke dalam dua kategori, yaitu core dan alpha. Sesuai dengan namanya, saham core merupakan saham inti yang di investasi dengan jangka waktu panjang.

Saat mencari saham-saham core, Edwin akan mencari saham dengan fundamental bagus dan masuk dalam kategori blue chip. Saham core biasanya saham yang mempengaruhi pergerakan indeks. 

Menurut Edwin, ketika memilih saham core, investor perlu memahami sektor mana yang memberikan kontribusi besar terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

"Sektor yang memberikan kontribusi bagi indeks, itu pasti perbankan, telekomunikasi dan konsumen. Jadi harus ada komponen saham-saham tersebut," ucap dia. 

Lalu dari sektor-sektor tersebut, Edwin akan membandingkan saham-sahamnya dan mencari valuasi yang paling murah dan memiliki peluang kenaikan lebih tinggi. 

Sedangkan untuk saham alpha merupakan saham yang diinvestasikan untuk jangka pendek dengan memanfaatkan momentum, sambil menerapkan analisis teknikal. 

Misalnya, ada suatu saham yang harganya melambung karena akan melakukan aksi korporasi seperti pembelian kembali saham (buyback), rencana merger dan akuisisi hingga pembagian dividen. 

"Saham alpha bisa jangka waktu investasinya singkat, bisa day trade atau dua hari atau paling lama berkisar satu sampai dua minggu," tutur Edwin. 

Karena jangka waktu yang singkat, keuntungan yang dipetik Edwin pun tidak terlalu besar. Biasanya, dia merealisasikan keuntungannya ketika imbal hasil atau terjadi kenaikan sekitar 3%–5%. 

Sementara untuk saham core, biasanya dia mengincar keuntungan minimal 10% karena sifatnya jangka panjang atau minimal di atas imbal hasil atau yield obligasi, yang saat ini berkisar di 6,8%. 

Edwin menyarankan dengan kondisi pasar yang volatilitas tinggi, investor bisa mencari banyak alpha. Namun dia tak sembarang memilih saham alpha. Edwin cenderung memilih saham lapis pertama dan kedua. 

"Yang alpha lebih teknikal, tetapi faktor fundamental harus terpenuhi. Saya tidak berani berinvestasi untuk saham lapis ketiga. Intinya, saham lapis pertama dan kedua," ucap dia. 

Baca Juga: Direktur Eksekutif AEI Gilman Nugraha Berbagi Tips Investasi, Kucinya Diversifikasi

Hindari saham IPO

Edwin tidak pernah berinvestasi di saham-saham pendatang baru melalui skema Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO). 

Memang pas awal-awal berinvestasi, Edwin pernah investasi di saham-saham IPO, tetapi hanya sekali atau dua kali. Bukan tanpa alasan dia menghindari saham IPO. 

"Karena saham IPO belum ada rekam jejaknya sehingga lebih sulit untuk dianalisis," katanya. 

Begitu pula ketika mencari saham-saham alpha, Edwin akan mempelajari pergerakan atau pola saham yang sedang dibidik. Sedangkan, saham IPO belum punya data historis yang bisa dianalisis. 

Untuk di instrumen reksadana, Edwin cenderung untuk mengoleksi ke fixed income atau reksadana pendapatan tetap. Ini dipilih sebagai penyeimbang protofolio. 

Sebab, reksadana pendapatan tetap merupakan kumpulan dari beberapa obligasi perusahaan maupun negara sehingga bisa memberikan imbal hasil yang lebih menarik, ketimbang membeli satu obligasi. 

Tips investasi

Bagi investor yang baru memulai investasi di pasar saham, Edwin menyebut, ada tiga pekerjaan rumah yang perlu dikerjakan oleh investor. Pertama, mempelajari kinerja keuangan emiten yang dituju. 

"Jadi jangan berinvestasi hanya atas dasar kata orang atau ikut-ikutan. Harus perlu mengetahui fundamental, bisnis dan strategi perusahaan kedepan," ucap Edwin. 

Apalagi dengan kemajuan teknologi yang ada, membuat investor lebih mudah untuk memperdalam informasi tentang perusahaan tercatat sehingga kaya akan informasi. 

Edwin menyarankan investor harus tetap mempelajari saluran pendapatan bisnis perusahaan. Investor juga perlu membandingkan raihan kinerja perusahaan sejenis atau peers. 

"Harus lihat rekam jejak kinerja emiten minimal lima tahun ke belakang, bagaimana pola-nya, apakah secara konsisten mengalami kenaikan atau tidak," tuturnya. 

Kedua, analis manajemen biaya yang dilakukan oleh emiten. Menurut Edwin, selain mencermati pendapatan investor perlu untuk mengetahui bagaimana emiten bisa mengelola biaya. 

Jika emiten bisa mengelola beban dan biaya dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap kinerja bottom line-nya. Ketika laba bersih naik maka ada potensi pembagian dividen. 

Baca Juga: Emas Berkilau di Tahun Ini, Simak Tips Investasi Sebelum Harga Kian Mahal

Ketiga, potensi dividen yang dibagikan emiten. Edwin bilang, kalau saham core biasanya memang akan mendapatkan keuntungan dari dua saluran.

Yakni, capital gain dan dividen. Untuk itu, jika investor memilih saham core perlu juga melihat rekam jejak pembagian emiten yang dibidik selama lima tahun terakhir. 

"Capital gain dan dividen adalah dua hal yang saling terkait. Ketika ada informasi laba bersih naik, umumnya saham akan bergerak positif," tutur Edwin. 

Namun bagi investor yang mengejar dividen, dia menyarankan untuk mulai mengakumulasi saham sejak rilis kinerja keluar. Jangan menunggu sampai persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

Selanjutnya: Kode Redeem Mobile Legends Maret 2025 lengkap Link Resmi Code Exchange dan Cara Klaim

Menarik Dibaca: 5 Ide Jualan Bulan Puasa yang Banyak Diminati, Auto Cuan Banyak!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×