kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Target realistis bursa di balik tax amnesty


Senin, 18 Juli 2016 / 20:32 WIB
Target realistis bursa di balik tax amnesty


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Bursa lokal siap menerima guyuran sentimen positif di balik implementasi tax amnesty. Duit yang masuk diprediksi akan membuat market cap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik jadi Rp 6.000 triliun dari sebelumnya sekitar Rp 5.500 triliun.

Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul melihat, target cap hingga Rp 6.000 triliun itu merupakan target yang realistis.

Asumsinya, akan ada duit sekitar Rp 1.000 triliun yang masuk ke dalam negeri setelah tax amnesty dijalankan. Nah, dari total tersebut, sekitar 5% atau setara Rp 50 triliun masuk ke pasar modal lokal.

"Lalu ditambah lagi dengan ramainya aksi korporasi, entah itu IPO, rights issue atau private placement yang juga merupakan unsur pendorong kenaikan market cap indeks. Jadi, menurut kami ini target yang realistis," jelas Jemmy kepada KONTAN, Senin (18/7).

Jika cap benar adanya mencapai Rp 6.000 triliun, maka level IHSG bisa mennyentuh level sekitar 5.700. Otomatis, rerata nilai transaksi bursa juga akan meningkat.

"Setidaknya nilai transaksinya masih mampu bertahan, tidak lagi turun hingga dibawah Rp 7 triliun hingga akhir tahun nanti," ujar Jemmy.

Catatan saja, akhir pekan lalu indeks sempat mencatat rekor nilai transaksi Rp 7,86 triliun. Ini melampaui rata-rata nilai transaksi harian sekitar Rp 5.84 triliun.

Tapi, itu semua hanya bisa terjadi untuk kurun waktu jangka panjang. Selain itu, kondisi ini juga masih dipengaruhi oleh profil resiko masing-masing pemilik duit yang ada di luar negeri itu.

Jemmy bilang, jika duit yang di luar dimiliki oleh institusi, ketika masuk ke dalam negeri sangat memungkinkan jika duit itu masuk ke bursa saham. Setidaknya, duit tersebut digunakan untuk membeli kembali sahamnya kembali.

Tapi jika duit yang dimiliki oleh individu, tidak menjamin duit tersebut akan dikonversi ke saham. Sebab, ini juga terkait salah satu peraturan implementasi tersebut.

Catatan saja, sudah ada 19 sekuritas yang ditunjuk untuk menampung dana repatriasi. Saat masuk, pemilik dana bebas mau mengonversi dalam bentuk apa, entah instrumen efek atau pun obligasi.

Tapi setelah masuk, dana tersebut akan dikunci setidaknya selama tiga tahun. Selama periode tersebut, pemilik dana tidak bisa melakukan redeem. Nah, jika melihat hal ini, rasanya cukup beresiko jika semua dananya dibelikan saham.

Belum tentu saham yang sudah terlanjur dibeli itu nilainya naik setelah tiga tahun. "Cukup beresiko memang, makanya kami melihat justru pemilik dana akan banyak memilih instrumen obligasi karena lebih aman," pungkas Jemmy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×