kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   -8.000   -0,41%
  • USD/IDR 16.304   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.533   43,20   0,58%
  • KOMPAS100 1.070   7,34   0,69%
  • LQ45 793   -2,68   -0,34%
  • ISSI 254   0,66   0,26%
  • IDX30 409   -1,29   -0,31%
  • IDXHIDIV20 467   -2,82   -0,60%
  • IDX80 120   -0,30   -0,25%
  • IDXV30 124   0,09   0,07%
  • IDXQ30 131   -0,56   -0,43%

Pasien BPJS Turun Jadi Tantangan Emiten Rumah Sakit, Begini Rekomendasi Sahamnya


Minggu, 10 Agustus 2025 / 10:05 WIB
Pasien BPJS Turun Jadi Tantangan Emiten Rumah Sakit, Begini Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Analis memberikan rekomendasi saham pilihan untuk emiten rumah sakit yang mendapat tekanan dari penurunan pasien BPJS


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTAEmiten kesehatan mencatatkan kinerja yang positif sepanjang semester I-2025. Namun demikian, tantangan melemahnya pasien dan konsumen mulai mencuat, dan berpotensi menekan kinerja sektor ini di semester II-2025.

Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh dan Wilastita Muthia Sofi dalam riset 24 Juli 2025 mencermati, peningkatan kinerja emiten kesehatan pada kuartal II-2025 didukung efisiensi biaya dan intensitas pendapatan yang lebih baik.

“Ini didukung peningkatan porsi pasien untuk emiten rumah sakit, meski di tengah tekanan BPJS,” paparnya.

Meski begitu, tekanan dari BPJS, baik dari sisi volume pasien maupun verifikasi klaim yang ketat, mulai mengintai kinerja emiten rumah sakit. 

Baca Juga: Emiten Sektor Kesehatan Hadapi Sejumlah Tantangan, Simak Rekomendasi Sahamnya

Diketahui, pendapatan dan laba PT Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) pada kuartal II-2025 masih tumbuh masing-masing 6,8% dan 5,5% secara tahunan. Namun, emiten menurunkan target pertumbuhan pendapatan menjadi high single digit hingga akhir 2025 karena trafik pasien JKN BPJS yang lebih rendah.

Sementara itu, kinerja PT Medikaloka Hermina (HEAL) pada semester I-2025 tertekan verifikasi klaim BPJS yang lebih ketat.

Ismail memaparkan, biaya operasional dari gaji/biaya obat HEAL naik 14% year-on-year (YoY), sedangkan pendapatan hanya naik 4% yoy.

“Pertumbuhan biaya operasional utama HEAL tidak seimbang dengan pendapatan,” katanya.

Lalu kontribusi pasien rawat inap privat juga turun menjadi 46% pada semester I-2025.

Ismail menilai, ke depan, prospek BPJS masih menjadi tantangan bagi para emiten. Setidaknya, hingga pengumuman kode Indonesian Diagnosis Related Group (iDRG) yang baru atau kenaikan premi BPJS.

Ismail mempertahankan rating overweight untuk sektor kesehatan, sebab sektor ini menawarkan pertumbuhan laba jangka panjang yang solid.

 

Dengan perkiraan pertumbuhan laba bersih gabungan emiten rumah sakit dan farmasi sebesar rata-rata 13% per tahun (CAGR) untuk sepanjang tahun fiskal 2025 hingga 2029.

Kondisi ini didorong oleh kebutuhan masyarakat akan layanan rumah sakit yang sulit ditekan meski harga naik. Pasalnya, fasilitas kesehatan yang terjangkau masih terbatas.

“Di sisi lain, jumlah penduduk lanjut usia terus bertambah, sehingga meningkatkan prevalensi penyakit tidak menular,” ujarnya.

Ismail menjagokan MIKA dengan rekomendasi beli di target harga Rp 3.200 per saham. Sedangkan ia menyarankan beli HEAL dengan target harga Rp 1.850, direvisi dari Rp 1.750 per saham.

Selanjutnya: Cek Perbandingan BYD Atto 1 vs Wuling Air EV: Spesifikasi, Fitur, dan Harga

Menarik Dibaca: Kumpulan Resep Kue Pisang yang Sudah Kematangan, Camilan Enak Buat Teman Ngopi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×