kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.840   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.383   -58,47   -0,91%
  • KOMPAS100 912   -10,96   -1,19%
  • LQ45 713   -10,61   -1,47%
  • ISSI 202   -0,51   -0,25%
  • IDX30 372   -5,14   -1,36%
  • IDXHIDIV20 452   -7,07   -1,54%
  • IDX80 104   -1,22   -1,17%
  • IDXV30 110   -1,81   -1,62%
  • IDXQ30 122   -1,79   -1,44%

Sentimen Buruk Masih Selimuti Prospek Kinerja Emiten BUMN Karya di Tahun Ini


Selasa, 15 April 2025 / 21:12 WIB
Sentimen Buruk Masih Selimuti Prospek Kinerja Emiten BUMN Karya di Tahun Ini
ILUSTRASI. Para analis memberikan rekomendasi saham pilihan untuk emiten BUMN Karya yang masih mendapat sentimen buruk di tahun ini


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Awan mendung masih selimuti prospek kinerja emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya di tahun 2025. Ini lantaran masih banyak sentimen dari domestik maupun global yang membuat volatilitas pasar tinggi.

Jika melihat hasil laporan keuangan di tahun 2024, kinerja BUMN Karya juga sebenarnya tidak bagus-bagus amat. Misalnya, PT PP Tbk (PTPP) membukukan pendapatan sebesar Rp 19,81 triliun di tahun 2024. Raihan itu naik 7,3% secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp 18,46 triliun.

Namun, laba bersih PTPP tercatat sebesar Rp 415,65 miliar di tahun 2024, tergerus 13,65% yoy dari Rp 481,37 miliar di tahun sebelumnya.

Sebaliknya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengantongi kenaikan laba bersih 17,98% YoY ke Rp 252,49 miliar di tahun 2024, dari Rp 214,01 miliar di tahun 2023. Namun, pendapatan usaha ADHI merosot 33,48% YoY ke Rp 13,35 triliun tahun lalu, dari sebelumnya Rp 20,07 triliun.

Wijaya Karya (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) pun masih merugi tahun lalu, meskipun jumlah kerugian mereka kompak turun.

Baca Juga: PTPP Raih Kontrak Baru Sebesar Rp 6,27 Triliun Per Kuartal I-2025

Wijaya Karya mengalami rugi bersih Rp 2,26 triliun di tahun 2024, membaik 68,19% YoY dari rugi bersih Rp 7,12 triliun di tahun 2023. Penurunan kerugian terjadi di tengah penurunan pendapatan neto 14,59% YoY ke Rp 19,24 triliun tahun lalu, dari Rp 22,53 triliun di tahun 2023.

Rugi bersih WSKT turun 31,32% YoY ke Rp 2,58 triliun di tahun 2024, dari rugi bersih Rp 3,77 triliun di periode sama tahun sebelumnya. Pendapatan usaha Waskita juga turun 2,27% YoY dari Rp 10,95 triliun di tahun 2023 menjadi Rp 10,70 triliun tahun lalu.

Di awal tahun 2025, masih banyak sentimen yang menyebabkan volatilitas pasar dan berdampak kurang bagus ke kinerja emiten BUMN Karya.

Kabar buruk untuk BUMN Karya berawal dari Tarif Trump. Dalam kebijakan tarif resiprokal pemerintah Amerika Serikat (AS), Indonesia terkena besaran 32%. Namun, saat ini penerapannya ditunda sampai 90 hari ke depan. Di masa penundaan, pemerintah AS akan menerapkan tarif impor minimal 10% kepada 75 negara, termasuk Indonesia.

Sayangnya, Tarif Trump itu telah menyebabkan keributan dan volatilitas pasar global lantaran terjadi perang tarif. Apalagi, Washington telah menaikkan tarif atas produk China hingga 145%, sementara Beijing membalas dengan tarif balasan sebesar 125% terhadap produk AS.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Umumkan Utang Turun 17,5% pada Tahun 2024

Munculnya Tarif Trump ini menimbulkan kekhawatiran sejumlah bank sentral meningkatkan suku bunga atau mempertahankannya di level tinggi. Di sisi lain, rupiah juga masih lemah terhadap dolar AS, bertengger di posisi Rp 16.827 per dolar AS hari ini.

Kabar baik untuk emiten BUMN Karya hanya datang dari pembatalan pemblokiran anggaran untuk proyek Ibu Kota Negara (IKN) oleh pemerintah.

Sebelumnya, anggaran untuk proyek IKN sempat yang terdampak program efisiensi anggaran. Namun, pemblokiran itu sudah dibuka kembali usai mendapatkan persetujuan dari Komisi V DPR RI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

Sementara, dampak kehadiran Danantara ke kinerja emiten BUMN Karya juga masih jadi tanda tanya, meskipun sovereign wealth fund (SWF) ini disebut mau memperbaiki kinerja dan pengelolaan aset perusahaan pelat merah.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy bilang, Danantara sebenarnya bisa saja menjadi penyelamat kinerja emiten BUMN Karya.

“Namun, jika tidak hati-hati dalam menyelamatkan BUMN Karya, yang terjadi adalah mereka bakal jadi beban buat Danantara,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (15/4).

Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) Cetak Kontrak Baru Sebesar Rp 2,16 Triliun per Kuartal I 2025

Senada, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menegaskan, jika Danantara sukses, valuasi saham-saham emiten BUMN Karya bisa terangkat sekaligus menyelamatkan WIKA dan WSKT dari default total. “Tapi jika gagal, bisa jadi BLBI jilid 2 (kasus korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia),” ujarnya kepada Kontan, Selasa (15/4).

Sementara, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila mengatakan, efektivitas dari program Danantara terhadap likuiditas emiten-emiten BUMN Karya harus dilihat lebih lanjut ke depan.

Budi menyarankan, supaya kinerja emiten BUMN Karya, khususnya WIKA dan WSKT, bisa membaik, aset yang dimiliki harus didivestasikan untuk membayar bunga dan pokok utang.

Indy melihat, jika bercermin ke kinerja emiten BUMN Karya di tahun 2024, penggeraknya salah satunya adalah progres restrukturisasi yang dilakukan WIKA dan WSKT. Selain itu, biaya belanja untuk proyek infrastruktur juga bagus tahun lalu, meskipun biaya utang beberapa BUMN karya masih tinggi.

“Sayangnya, masih berlanjutnya proyek-proyek yang belum selesai itu tetap belum menopang kinerja saham,” tuturnya.

Alhasil, kinerja bisnis dan saham emiten BUMN Karya tampak belum mengalami pemulihan. Kondisi itu pun ditambah adanya pemangkasan anggaran PU, Danantara yang belum transparan, hingga prospek suku bunga acuan yang belum jelas.

“Perlu dipantau program pemerintah lainnya untuk membantu emiten BUMN karya dalam menjaga keuangan, terutama dari sisi utang,” katanya.

 

Indy pun menyarankan investor untuk melirik PTPP dan ADHI dengan target harga masing-masing Rp 350 per saham dan Rp 262 per saham.

Sukarno melihat, kinerja emiten BUMN Karya di tahun 2025 bisa membaik seiring dibukanya kembali anggaran untuk pembangunan IKN. Hal itu bisa tambah bagus jika suku bunga acuan berhasil turun, karena bisa mengurangi beban bunga.

Di sisi lain, pelemahan rupiah bisa membuat biaya material dan pembayaran utang valas menjadi meningkat.

“Yang bisa jadi jawara tahun ini itu PTPP, karena terlibat besar di proyek IKN, serta memiliki backlog solid dan margin stabil. Lalu, diikuti ADHI yang berpotensi tumbuh, karena meskipun revenue tahun lalu turun tapi profit berhasil pulih,” paparnya.

Di sisi lain, WSKT dan WIKA disarankan untuk melakukan divestasi aset non-core secara agresif supaya arus kasnya bisa kembali sehat. Efisiensi proyek, percepatan pengumpulan tagihan, serta konsolidasi anak usaha yang membebani juga harus gencar dilakukan.

Apalagi, saham WIKA dan WSKT tengah disuspensi Bursa Efek Indonesia (BEI) lantaran gagal bayar obligasi. Saham WSKT bahkan sudah disuspensi sejak bulan Mei 2023 dan bakal genap dua tahun pada bulan Mei 2025.

“Menurut aturan BEI, bisa ada potensi delisting otomatis jika tidak ada perbaikan signifikan,” ungkapnya.

Sukarno pun merekomendasikan hold untuk ADHI dan PTPP dengan target harga masing-masing Rp 250 per saham dan Rp 330 per saham. Patokan support untuk ADHI ada di Rp 214 per saham dan support untuk PTPP di Rp 286 per saham. 

Selanjutnya: Donald Trump Dikabarkan akan Umumkan Darurat Militer pada 20 April, Apa yang Terjadi?

Menarik Dibaca: Rawat Mata Tetap Sehat, JEC Hadirkan One-Stop Service untuk Kesehatan Mata Anak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×