Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten BUMN Karya dinilai masih akan stagnan dalam waktu dekat, mengingat masa transisi pemerintahan masih berlangsung. Namun, kinerja emiten-emiten BUMN Karya ke depannya diproyeksikan akan berangsur pulih jika didorong kebijakan yang mendukung dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Asal tahu saja, pemerintahan Presiden Prabowo sudah memberikan lampu hijau terkait keberlanjutan pembangunan IKN. Hal tersebut sudah ditegaskan oleh Menteri Koordinator (Menko) bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Berdasarkan catatan Kontan, proyek IKN, yang menghabiskan anggaran hingga Rp 466 triliun, akan disesuaikan dengan anggaran yang dialokasikan oleh Pemerintahan Prabowo. Untuk diketahui, alokasi APBN untuk pembangunan IKN dirancang sekitar Rp 93,2 triliun, yang merupakan 20% dari total anggaran Rp 466 triliun tersebut.
Di sisi lain, ada Program Quick Win sebagai kerangka besar pelaksanaan reformasi birokrasi di pemerintahan Prabowo. Ini merupakan langkah inisiatif yang dinilai mudah dan cepat dicapai dalam waktu satu tahun.
Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, total alokasi dana program ini mencapai Rp 121 triliun. Beberapa program prioritas pemerintah Prabowo tersebut mencakup sektor infrastruktur, yaiti pembangunan rumah sakit lengkap berkualitas di daerah yang dianggarkan Rp1,8 triliun dan renovasi sekolah Rp 20 triliun.
Baca Juga: Menaker: Presiden Prabowo akan Selamatkan Pekerja Sritex
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mendukung penuh program Quick Win atau Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2025.
Sekretaris Perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya mengatakan, perseroan memiliki pengalaman dalam hal pembangunan sarana dan prasarana yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Dengan portofolio dan kapabilitas yang dimiliki, WIKA optimistis dapat menjadi mitra kerja strategis dalam mendukung berbagai Program Pembangunan Pemerintah,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (25/10).
Dalam program pembangunan Rumah Sakit lengkap berkualitas, WIKA memiliki portofolio dalam membangun Rumah Sakit berkualitas dengan standar tinggi seperti RS Persahabatan, RS Vertikal Surabaya dan RS Sejenis.
Selain itu, dalam pembangunan sarana pendidikan, WIKA memiliki portofolio dalam berbagai pembangunan gedung penunjang sarana Pendidikan seperti di ITB, Universitas Jendral Achmad Yani, dan lain-lain.
Adapun sepanjang tahun 2024, WIKA telah berhasil menyelesaikan 8 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total nilai sebesar Rp 3,8 triliun.
“WIKA juga merencanakan akan dapat menyelesaikan beberapa tambahan proyek PSN pada kuartal IV 2024,” tuturnya.
Baca Juga: Adhi Karya (ADHI) Raih Nilai Kontrak Baru Rp 14,2 Triliun per Kuartal III 2024
Untuk IKN, WIKA telah terlibat dalam pembangunan 13 proyek dengan total nilai kontrak sebesar 14,7 triliun. Beberapa proyek telah selesai dikerjakan seperti Proyek Istana Negara dan Proyek Jalan Tol Sumbu Timur Paket 1.
“Sedangkan untuk proyek yang saat ini sedang berjalan di antaranya Proyek Peningkatan Jalan Kawasan Hankam dan Lingkar Sepaku 4,” paparnya.
Di masa pemerintahan baru, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tetap fokus dalam penguatan core business perusahaan, yaitu bidang konstruksi dan streamlining business portfolio dengan asset recycling dan divestasi.
Sekretaris Perusahaan PTPP Joko Raharjo mengatakan, sampai dengan akhir tahun 2024 ini, perusahaan fokus dalam kinerja serta pemenuhan target akhir tahun 2024. Baik itu penyelesaian proyek-proyek on going maupun pendapatan nilai kontrak baru untuk meningkatkan cash in operasi.
“Terkait dengan program quick win dan program prioritas dari pemerintahan baru, dimana salah satunya terdapat poin pembangunan IKN dan pembangunan RS berkualitas, perseroan akan terus kawal untuk mendapatkan peluang-peluang serta tetap optimis dalam peningkatan kinerja di tahun 2025,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (27/10).
Baca Juga: Kabinet Merah Putih Bahas Strategi Mengejar Pertumbuhan Ekonomi 8%
Sampai dengan kuartal III 2024, PTPP memiliki 40 Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total nilai kontrak Rp 47,5 triliun.
PTPP telah menyelesaikan 82,71% PSN yang dimiliki, di antaranya Proyek Pelabuhan Benoa Paket B, Proyek Smelter Kolaka, dan Proyek Bendungan Lolak III.
“Sementara, PSN yang masih ongoing antara lain yaitu Proyek Jalan Tol Probolinggo Banyuwangi Paket 3, Proyek Pelabuhan Patimban II Paket 6, Proyek Jalan Tol Semarang Demak Seksi 1B, dan Proyek Vale Bahodopi,” tuturnya.
Sampai dengan kuartal III 2024, PTPP memiliki 17 proyek di IKN (3 selesai dan 14 ongoing) dengan total nilai kontrak proyek sebesar Rp 20,64 triliun, dengan progres proyek ongoing sebagai berikut.
Baca Juga: Saham Pelat Merah Bisa Kembali Merekah
Proyek Kebangsaan Sisi Barat Tahap 2 dengan progres 67,93%, Proyek Tol IKN Segmen 3B 92,47%, Proyek Tol IKN Segmen 3B Tahap 2 30,63%, Proyek Jalan Akses Masjid IKN 73,87%, Proyek Sisi Udara Bandara VVIP IKN 63,81%, Proyek Jalan Seksi 6C-1: SP. 2 ITCI Simpang 1B 83,78%, dan Proyek Gedung Kantor Presiden 98,23%.
Proyek Istana Negara & Lapangan Upacara progresnya sudah 98,50%, Proyek Gedung Kementerian Sekretariat Negara 83,50%, Proyek Rusun ASN 1 79,57%, Proyek Perkantoran BI Tahap 1 47,98%, Proyek Gedung Wing 2 Kementerian PUPR 15,91%, Proyek Pembangunan Jalan di dalam KIPP: Peningkatan Jalan Kawasan West Residence 3,50%, dan Proyek Jembatan Akses Bank Indonesia IKN 92,3%.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas mengatakan, kinerja emiten BUMN Karya periode pertama atau dalam lima tahun pertama di masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) lalu, berada dalam tren kenaikan baik dari sisi top dan bottom line. Begitu juga tren total utang mereka dalam tren kenaikan.
Setelah itu, mulai periode kedua atau di tahun pertama di periode kedua mayoritas sudah mulai mengalami penurunan kinerja sampai di masa Pandemi Covid-19 tahun 2020.
“Pada tahun 2021, kinerja mereka pun mulai kembali pulih atau berhasil tumbuh secara mayoritas,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (25/10).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BUMN Pilihan Usai Kabinet Merah Putih Terbentuk
Tapi, pada tahun 2022 mulai ada yang merugi, seperti WIKA dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Sedangkan, dari PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PTPP masih tetap positif dan berhasil tumbuh.
“Penurunan kinerja dari WIKA dan WSKT karena kondisi hutang sudah tinggi, sehingga beban bunga yg dibayarkan besar, ditambah proyek banyak yang mangkrak,” ungkapnya.
Di masa pemerintahan Prabowo, kinerja emiten BUMN karya berpotensi akan membaik, mengingat Menteri BUMN Erick Thohir kembali menjabat dan diyakini bisa membersihkan oknum di internal agar tercipta kinerja lebih baik.
Terkait proyek IKN, meskipun bukan jadi prioritas utama saat ini, secara prospek jangka panjang masih tetap peluang bisa tumbuh.
“Dampak ke kinerja program Quick Win bisa saja positif karena adanya target pembangunan rumah untuk rakyat kecil dan termasuk program bangun 1.000 rumah tiap tahun,” paparnya.
Baca Juga: Berikut Rekomendasi Saham BUMN Unggulan Analis di tengah Momentum Pemerintahan Baru
Menurut Sukarno, prospek kinerja emiten BUMN Karya dalam jangka panjang bisa positif, terutama jika rencana peleburan mereka bisa berhasil.
Untuk meningkatkan kinerja emiten BUMN karya, kebijakan dan strategi bisa diterapkan di antaranya adalah penguatan tata kelola perusahaan yang baik (transparansi, akuntabilitas, dan profesional), diversifikasi usaha agar tidak hanya bergantung proyek pemerintah dan mampu membangun kemitraan strategis (swasta dan asing), peningkatan efisiensi, restrukturisasi utang, dan pengawasan ketat untuk mencegah korupsi di BUMN.
Sentimen pendorong kinerja emiten BUMN Karya di pemerintah Prabowo salah satunya adalah potensi komitmen program lanjutan IKN dan ketegasan pemerintah untuk melakukan reformasi birokrasi.
“Emiten yang berpotensi menjadi jawara ke depannya adalah PTPP dan ADHI,” tuturnya.
Sukarno pun merekomendasikan hold PTPP dengan target harga Rp 500 per saham per dan ADHI Rp 330 per saham.
“Tapi untuk strategi investor saat ini mungkin bisa wait and see terlebih dahulu,” katanya.
Baca Juga: Infrastruktur Belum Dorong Industrialisasi
Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat, kinerja emiten BUMN Karya selama era pemerintahan Jokowi memang mengalami tantangan besar, meskipun sektor infrastruktur menjadi prioritas utama.
Berbagai proyek besar, seperti jalan tol, bandara, pelabuhan, dan Ibu Kota Nusantara (IKN), memerlukan dana besar dan pembiayaan dengan leverage tinggi. Hal ini menyebabkan peningkatan utang, sehingga kinerja keuangan cenderung melemah meski secara operasional proyek berjalan.
Sentimen negatif muncul akibat tekanan biaya yang membebani margin keuntungan, sementara sentimen positif datang dari ekspektasi peningkatan nilai aset jangka panjang.
“Harga saham BUMN Karya cenderung tertekan selama periode ini karena kekhawatiran investor terhadap peningkatan utang dan tantangan operasional yang tinggi,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (27/10).
Di era kepemimpinan Prabowo, prospek emiten BUMN Karya bisa lebih positif, khususnya dengan adanya program Quick Win dengan alokasi dana Rp 121 triliun yang akan mendukung sektor infrastruktur.
Baca Juga: Berlaku Mulai Januari 2025, Sederet Sektor Ini Dapat Insentif Likuiditas dari BI
Meski IKN tak lagi menjadi prioritas utama, komitmen Prabowo untuk menyelesaikan IKN hingga gedung legislatif dan yudikatif tetap memberikan peluang bagi BUMN Karya yang terlibat.
Namun, fokus pada proyek-proyek di program quick win mungkin membawa proyek infrastruktur lain yang lebih mendesak dan efisien dalam anggaran.
Ini diharapkan bisa mengurangi beban utang dan memperbaiki margin keuntungan BUMN Karya, namun risiko tetap ada jika tidak ada restrukturisasi keuangan dan manajemen yang lebih ketat.
Prospek ke depan untuk BUMN Karya juga terkait dengan rencana peleburan beberapa entitas, yang bertujuan mengefisiensikan operasional dan mengurangi tumpang tindih proyek.
Agar kinerja meningkat, kebijakan pemerintah harus bisa untuk menjaga keseimbangan antara pembiayaan proyek dan rasio utang sangat penting. Harus ada regulasi yang mendukung efisiensi, dan strategi proyek yang berkelanjutan untuk menarik sentimen positif investor. Adapun sentimen pendorong lainnya bisa datang dari pembenahan struktur permodalan dan kepastian proyek infrastruktur yang berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News