kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham bank berguguran setelah Jokowi minta perbankan menurunkan suku bunga kredit


Kamis, 07 November 2019 / 19:59 WIB
Saham bank berguguran setelah Jokowi minta perbankan menurunkan suku bunga kredit
ILUSTRASI. Petugas memantau grafik pergerakan penjualan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Divisi Tresuri BNI, Jakarta, Jumat (27/9/2019). Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta industri perbankan agar menurunkan suku bunga kredit.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta industri perbankan agar menurunkan suku bunga kredit. Permintaan Jokowi untuk segera menurunkan suku bunga kredit ini disambut negatif oleh pasar.

Sejumlah saham sektor perbankan ambles pada penutupan perdagangan pada Kamis (7/11). Lihat saja, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah hingga 3,85% ke level Rp 4.000 per saham, kemudian ada PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) yang turun 1,66% ke harga Rp 4.140 per saham, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) turun 1,55% ke harga Rp 995 per saham.

Selain itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pun terkoreksi 0,16% ke harga Rp 31.425 per saham, dan PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) juga menyusut 0,75% ke level Rp 1315 per saham. Harga sahm PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) turun 0,81% ke Rp 1.845 per saham.

Tapi, harga saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,33% ke Rp 7.600 per saham. Harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pun naik 0,36% ke Rp 7.000 per saham.

Baca Juga: Saldo uang elektronik bank menyusut Rp 200 miliar dalam sebulan, ada apa?

Menurunnya harga saham perbankan ini membuat indeks sektor keuangan terkoreksi 0,96%.

Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menilai, saham emiten perbankan turun lantaran Jokowi secara tiba-tiba meminta sektor perbankan untuk mempercepat penurunan suku bunga kredit. Dia menambahkan, ini tentunya akan mempengaruhi psikologis investor sehingga merespons negatif terlebih dahulu atas wacana penurunan suku bunga kredit.

"Dampak terbesar dari intervensi pemerintah tentunya berpotensi menurunkan tingkat profitabilitas net interest margin (NIM) perbankan ke depan," kata Catherina, Kamis (7/11).

Hal ini lantaran penurunan suku bunga kredit yang tidak diimbangi langsung dengan cost of fund dari perbankan. Menurut dia, sekarang ini kondisi tingkat likuiditas yang ketat akan berisiko bagi perbankan dalam menurunkan tingkat bunga dari tabungan dan deposito.

"Dari pandangan kami, perbankan BUMN akan relatif lebih rentan untuk terkena dampak negatif, terutama BBRI karena porsi kredit usaha rakyat (KUR) yang dominan," tambah Catherina.

Baca Juga: Lilkuiditas masih ketat, perbankan masih catat RIM tinggi

Dia menambahkan, biasanya efek bunga kredit dari penetapan BI rate terdapat jeda waktu atawa lagging time sekitar 3 bulan hingga 6 bulan. Di lain sisi, Catherina menuturkan penurunan tingkat suku bunga kredit juga bisa menjadi peluang dengan lebih kondusifnya dunia usaha sehingga mendorong pertumbuhan kredit yang hanya bertumbuh 8% hingga September 2019.

Meski begitu, dia mengaku tak ada jaminan penurunan suku bunga kredit akan diikuti dengan peningkatan kualitas penyaluran kredit. "Ini bisa berdampak pada potensi peningkatan non performing loan (NPL) yang akhirnya jadi risiko untuk pertumbuhan profitabilitas perbankan," kata Catherina.

Analis Artha Sekuritas Frederik Rasali mengungkapkan, permintaan Jokowi agar perbankan menurunkan bunga kredit memberikan sentimen negatif bagi perbankan."Bila bunga kredit kembali diturunkan tanpa bunga deposito diturunkan tentunya tidak baik karena margin pasti akan turun," kata Frederik.

Baca Juga: Sah, BCA resmi rampungkan akuisisi Bank Royal

Jika likuiditas cukup ketat, maka bank enggan menurunkan bunga kredit. Sementara, dari sisi permintaan masih cukup kuat sehingga tidak ada alasan untuk menurunkan suku bunga. "Kalau kondisi normal biasanya butuh waktu 4 sampe 6 bulan tergantung dari tenor deposito pada industri perbankan supaya tidak terjadi mismatch dan menekan pendapatan," ucap Frederik.

Frederik melihat, bank BUKU IV saat ini masih cukup menarik karena dari sisi pendanaan dan kemampuan menghimpun dana masih lebih besar. Sisi infrastruktur perbankan BUKU IV juga paling kuat ketimbang beberapa bank lain. Frederik merekomendasikan investor untuk membeli saham BBNI dengan target harga Rp 9.200.

Baca Juga: Jokowi Minta Bank Segera Turunkan Bunga Kredit premium

Dengan kondisi harga saham perbankan saat ini, Kepala Riset Infovesta Wawan Hendrayana menyampaikan investor bisa memanfaatkan untuk membeli saham BBRI dengan target harga Rp 4.400 hingga akhir tahun, kemudian buy saham BBCA dengan target harga Rp 32.000 per saham.

Selain itu beberapa saham emiten perbankan yang masih cukup menarik. Wawan merekomendasikan buy saham BBNI dengan harga Rp 8.000 per saham dan buy saham BMRI dengan target harga Rp 7.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×