Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun hingga saat ini atau secara year-to-date (ytd), saham PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD) telah terkikis 19,20%. Padahal, GOOD masih membukukan kinerja yang cukup solid.
Per kuartal III-2019, penjualan bersih GOOD mencapai Rp 6,34 triliun. Realisasi ini naik tipis 5,71% dari penjualan bersih tahun sebelumnya sebesar Rp 6 triliun.
Meski pendapatan naik, laba bersih Garudafood justru tergerus 13,95% menjadi Rp 297,67 miliar. Pada kuartal III 2019, laba bersih GOOD mencapai Rp 346,04 miliar.
Baca Juga: Ini strategi Garudafood (GOOD) untuk menjaga kinerja penjualan tahun ini
Pun begitu dengan saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang sejak awal tahun yang harganya telah tergerus 22,90%. Per kuartal III 2019, kinerja emiten penghuni Indeks Kompas100 ini tidak terlalu mengecewakan.
Pendapatan MYOR naik 3,51% menjadi Rp 17,96 triliun. Meski demikian, laba bersih MYOR turun tipis 0,37% menjadi Rp 1,1 triliun.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, turunnya kedua saham emiten makanan dan minuman ini lantaran belum adanya katalis dan sentimen positif terhadap saham-saham ini. Khusus untuk penurunan GOOD, William menilai hal ini akibat adanya aksi jual yang dilakukan investor setelah emiten ini melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Baca Juga: Garuda Food perkuat bisnis minuman kemasan
Melansir dari RTI, saham GOOD telah diobral asing sebesar Rp 461 miliar di semua pasar (all market) sejak 3 bulan silam.
Sementara untuk saham MYOR, William menilai saham ini telah mengalami downtrend sejak tahun lalu. “MYOR secara teknikal masih akan berpotensi melanjutkan penurunannya,” ujar William kepada Kontan.co.id, Senin (16/12).
Meskipun pada 2020, Bank Dunia memprediksi konsumsi domestik akan menurun, William menilai, prospek sektor makanan dan minuman masih cukup baik ke depannya.
Setali tiga uang, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, selain karena kinerja yang menurun, turunnya saham MYOR dan GOOD juga akibat valuasi kedua saham ini yang dianggap sudah mahal.
Sehingga, kedua saham ini mengalami tekanan jual atau aksi profit taking yang terus berlanjut. “Ketika harga sudah dalam tren, maka penurunan akan terus berlanjut,” ujar Sukarno.
Di sisi lain, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai, turunnya harga saham MYOR diakibatkan turunnya penjualan yang terimbas dari turunnya daya beli masyarakat. Sehingga, tahun depan penjualan MYOR juga masih berpotensi terusik dengan adanya penurunan daya beli masyarakat.
“Tapi memang benar secara kinerja, kedua emiten baik Garudafood dan Mayora masih menarik,” ujar Hendriko kepada Kontan.co.id, Senin (16/12).
Baca Juga: Harga saham turun 22,14% dari awal tahun, cermati rekomendasi saham Mayora (MYOR)
Hendriko menilai, kedua saham ini masih memiliki potensi untuk turun namun sudah mulai terbatas. Untuk itu, Hendriko merekomendasikan wait and see untuk saham MYOR. Pun begitu dengan Sukarno yang memberi rekomendasi wait and see untuk kedua saham ini.
Sementara William merekomendasikan wait and see untuk saham MYOR dan beli (buy) saham GOOD dengan target harga Rp 1.600–Rp 1.750 per saham.
Baca Juga: Pantas Tambah Kaya, Harga Saham Para Konglomerat Ini Naik Terus
Pada perdagangan hari ini, saham GOOD ditutup menguat 0,33% level Rp 1.515 per saham. Sementara saham MYOR bergeming di level Rp 2.020 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News