Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri semen nasional masih lesu pada kuartal I-2025. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) melaporkan penurunan volume penjualan semen menjadi 3,9 juta ton hingga akhir Maret 2025, turun 5,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sekretaris Perusahaan INTP, Dani Handajani, menyebut awal tahun memang menjadi periode rendah permintaan semen akibat faktor cuaca, bulan Ramadan, serta libur Idulfitri.
Meski mengalami penurunan, kinerja penjualan INTP masih lebih baik dibandingkan rata-rata industri nasional yang tercatat turun 7,8% pada periode yang sama. INTP juga berhasil mempertahankan pangsa pasar sebesar 30,1% hingga Maret 2025.
Baca Juga: Penjualan Semen Indocement Tunggal (INTP) Capai 17,2 Juta Ton Per November 2024
Sementara itu, kabar positif datang dari proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang kembali berjalan setelah sempat tertunda. Presiden Prabowo Subianto telah memfinalisasi pagu anggaran Otorita IKN serta usulan penambahan anggaran senilai Rp 8,1 triliun.
Pembangunan kembali proyek IKN diharapkan dapat mendorong permintaan semen di Kalimantan, meski diperkirakan tidak akan setinggi tahun 2023–2024.
Dani menegaskan bahwa masalah oversupply semen kemungkinan masih akan berlanjut tahun ini.
Ia menilai, penyelesaian persoalan ini tidak cukup hanya dengan memperbanyak proyek infrastruktur, tetapi juga memerlukan kebijakan strategis dari pemerintah, seperti pelarangan impor semen dan klinker serta moratorium pembangunan pabrik semen baru di seluruh wilayah Indonesia.
Baca Juga: Penjualan Semen INTP di Kuartal I-2025 Masih Lesu
Di sisi lain, penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah turut menjadi tantangan bagi INTP. Dampak langsung terlihat pada peningkatan biaya operasional, khususnya biaya energi, karena industri semen masih sangat bergantung pada batu bara yang harganya terpengaruh nilai tukar dolar.
Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada, memperkirakan prospek emiten semen tahun ini tidak akan jauh berbeda dari tahun lalu.
Pada 2024, hanya INTP yang berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 2,93% secara tahunan, sementara emiten lainnya mengalami penurunan.
Tekanan juga terlihat pada harga saham emiten semen yang turut melemah.
Baca Juga: Indocement (INTP) Catat Penjualan Semen 3,9 Juta Ton di Kuartal I 2025
Untuk menstabilkan harga saham, manajemen INTP mengalokasikan dana sebesar Rp 2,25 triliun untuk melakukan pembelian kembali saham (buyback). Namun, Reza menilai langkah ini hanya akan memberikan sentimen positif jangka pendek.
Selanjutnya: IHSG Naik 0,89% ke 6.503, Top Gainers LQ45: ESSA, SMGR, MBMA di Sesi I, Selasa (22/4)
Menarik Dibaca: Promo JCO Earth Day 21-25 April, 1 Lusin Donat + 1 Agenda Notebook Harga Spesial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News