Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Reksadana masih menjadi salah satu instrument investasi yang dipilih pada semester II – 2025. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025 mencatat Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana mencapai Rp 513,93 triliun. Jumlah ini turun dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp 515,61 triliun.
Adapun total unit penyertaan (UP) juga turun dari 398,3 miliar unit pada Mei 2025 menjadi 396,33 miliar unit.
CEO Star AM, Hanif Mantiq mengatakan, kombinasi antara nilai aset turun dan net outflow menjelaskan mengapa NAB turun dari Rp?515,61 triliun ke Rp?513,93 triliun dan UP turun dari 398,30 miliar ke 396,33 miliar.
“NAB dan UP yang turun pada Juni 2025, disebabkan karena beberapa hal seperti pelemahan pasar saham dan outflow asing, sentimen geopolitik dan ketidakpastian global,” ujar Hanif kepada Kontan, Jumat (11/7).
Baca Juga: Investor Defensif, Reksadana Pendapatan Tetap Pimpin Kinerja Terbaik per Juni 2025
Dengan kondisi ketidakpastian global masih terus berlangsung, Hanif melihat reksadana masih memiliki prospek yang baik, khususnya yang berbasis pendapatan tetap dan pasar uang. Per 10 Juli 2025, kedua jenis reksa dana memberikan imbal hasil yang cukup baik.
“Masing-masing sebesar 4,11% (reksadana pendapatan tetap) dan 2.59% (reksa dana pasar uang) secara YTD, sehingga dapat menjadi pilihan jenis reksa dana yang dapat dilirik investor,” ucap Hanif.
Direktur Panin Asset Management (Panin AM) Rudiyanto mengatakan, secara kinerja, pada semester I – 2025 reksadana pendapatan tetap memiliki kinerja yang bagus.
Karena untuk obligasi walaupun suku bunganya belum sesuai harapan, tetapi pasar sudah berekspektasi suku bunga akan turun. Jadi kenaikan harga obligasi ini sudah mendahului ekspektasi penurunan suku bunga.
Namun, kinerja reksadana saham terbilang belum menggembirakan. Berdasarkan, data Infovesta Utama, kinerja reksadana saham sepanjang semester I – 2025 terkoreksi 2,95%.
“Kalau untuk semester II apabila rencana penurunan suku bunga masih berlanjut, menurut saya reksadana pendapatan tetap masih berpotensi bagus,” ucap Rudiyanto.
Baca Juga: Reksadana Offshore Masih Menarik, Meski Volatilitas Global Meningkat
Rudiyanto menambahkan soal strategi proporsi investasi yang bisa dilakukan investor. Bagi investor konservatif, dapat mengalokasikan investasinya sebanyak 50% - 70% di reksadana pendapatan tetap dan sisanya dialokasikan pada jenis reksa dana yang lain.
Lalu, bagi investor agresif, 50% - 70% ditempatkan pada reksadana saham dan sisanya untuk reksadana jeni lain.
“Kalau investor moderat, 50% - 70% di reksadana campuran, sisanya bisa di tempat yang lain, dibagi rata aja,” terang Rudiyanto.
Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja reksadana saham mencatatkan kinerja paling lemah sepanjang semester I – 2025 yakni terkoreksi 2,95%. Sementara, kinerja reksa dana pendapatan tetap mencatatkan return sebesar 3,71%, reksadana pasar uang 2,46%, dan reksadana campuran mencatat return 0,53%.
Selanjutnya: Jadwal MSC 2025 Mobile Legends Hari ini (13/7), Pemenangnya akan Lolos ke Group Stage
Menarik Dibaca: Apakah Jurusan Bahasa Terancam Tergusur AI atau Tidak? Ini Sederat Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News