kontan.co.id
banner langganan top
Kamis, 10 April 2025 | 01:32 WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.777.000   23.000   1,31%
  • USD/IDR 16.870   0,00   0,00%
  • IDX 5.968   -28,15   -0,47%
  • KOMPAS100 844   -3,39   -0,40%
  • LQ45 669   1,60   0,24%
  • ISSI 186   -0,64   -0,35%
  • IDX30 353   0,28   0,08%
  • IDXHIDIV20 432   5,08   1,19%
  • IDX80 96   -0,04   -0,04%
  • IDXV30 101   -0,42   -0,41%
  • IDXQ30 118   1,53   1,32%
  • EMAS 1.777.000   23.000   1,31%
  • USD/IDR 16.870   0,00   0,00%
  • IDX 5.968   -28,15   -0,47%
  • KOMPAS100 844   -3,39   -0,40%
  • LQ45 669   1,60   0,24%
  • ISSI 186   -0,64   -0,35%
  • IDX30 353   0,28   0,08%
  • IDXHIDIV20 432   5,08   1,19%
  • IDX80 96   -0,04   -0,04%
  • IDXV30 101   -0,42   -0,41%
  • IDXQ30 118   1,53   1,32%
  • EMAS 1.777.000   23.000   1,31%
  • USD/IDR 16.870   0,00   0,00%
  • IDX 5.968   -28,15   -0,47%
  • KOMPAS100 844   -3,39   -0,40%
  • LQ45 669   1,60   0,24%
  • ISSI 186   -0,64   -0,35%
  • IDX30 353   0,28   0,08%
  • IDXHIDIV20 432   5,08   1,19%
  • IDX80 96   -0,04   -0,04%
  • IDXV30 101   -0,42   -0,41%
  • IDXQ30 118   1,53   1,32%

Kinerja Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Masih Prospektif, Simak Rekomendasinya


Senin, 07 April 2025 / 20:16 WIB
Kinerja Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Masih Prospektif, Simak Rekomendasinya
ILUSTRASI. Penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tahun 2025 berpotensi melemah seiring mengendurnya permintaan market retail dan kondisi oversupply. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/24/03/2025


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penjualan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) tahun 2025 berpotensi melemah seiring mengendurnya permintaan market retail dan kondisi oversupply di industri semen yang masih berlanjut. Kendati begitu, upaya efisiensi energi Semen Grobogan menjadi harapan bagi peningkatan laba perusahaan. 

INTP membukukan pendapatan sebesar Rp 18,5 triliun pada tahun fiskal 2024, meningkat 3,3% secara year on year (YoY). Sejalan dengan itu, laba yang diperoleh perseroan mencapai Rp 2 triliun, turut meningkat 2,9% secara YoY. 

Analis Maybank Sekuritas Kevin Halim dan Jeffrosenberg Chenlim menyebut pencapaian INTP tahun ini didorong kenaikan margin EBITDA perseroan sebesar 26,9% pada kuartal terakhir 2024 yang turut mengerek naik margin EBITDA setahun itu sebesar 7,65% ke level Rp 3,936 triliun.

Lebih lanjut, Kevin dan Jeff menjelaskan bahwa margin EBITDA perseroan boleh naik salah satunya berkat dukungan Grobogan yang baru diakuisisi pada awal 2024. Di samping itu, penurunan harga batubara turut menurunkan biaya energi dan menekan turun pengeluaran perseroan.

Baca Juga: Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Catat Penjualan Semen& Klinker 20,49 Juta di 2024

Upaya efisiensi Grobogan dengan beralih ke bahan bakar alternatif juga diharapkan lebih mantap tahun ini. Sejauh ini, penggunaan bahan bakar alternatif masih terbilang rendah, yakni sebesar 1%. 

Menurut manajemen INTP, hal itu disebabkan sistem pemasok bahan bakar alternatif yang masih terbatas. “Meskipun sekam padi dan jagung (bahan baku energi alternatif) melimpah di daerah sekitar,” sebut Kevin dan Jeff dalam riset 27 Maret 2025.

Dus, INTP memasang target peningkatan 8% untuk penggunaan bahan bakar alternatif pada semester awal 2025 ini. Sehingga pada akhir tahun fiskal 2025, penggunaan bahan bakar alternatif mencapai 20%. 

Jika perseroan mampu menyelaraskan langkahnya dengan target tersebut, laba dapat lebih ditingkatkan. Pasalnya, setiap kenaikan 10% penggunaan bahan bakar alternatif dapat mengerek naik margin EBITDA sekitar 1%. 

Efisiensi logistik yang dilakukan pabrik Grobogan di momentum pelemahan harga batu bara ini disebut berhasil mengimbangi penurunan harga jual rata-rata industri semen.

Tekanan Oversupply dan Melemahnya Permintaan

Nyatanya, industri semen domestik masih dibayangi sentimen negatif dari kondisi kelebihan stok alias oversupply yang telah terjadi sejak 2018. 

Berdasarkan Riset Panin Sekuritas 26 Maret 2025, penjualan semen nasional melambat 0,4% secara YoY. Penjualan semen nasional masih lebih banyak di Pulau Jawa, yakni sebesar 32,7 juta ton. Meski jadi yang paling besar, penjualan semen di Pulau Jawa nyatanya tercatat menurun 1,5% secara YoY. 

Baca Juga: Naik 2,93%, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Kantongi Laba Rp 2 Triliun pada 2024

Tak jauh berbeda, penurunan penjualan semen juga terjadi di berbagai daerah lain di Indonesia. Di antaranya Sumatera sebesar 1,1% dan Sulawesi sebesar 13,1% secara YoY. Pun, Indonesia Timur secara keseluruhan mencatatkan pelemahan penjualan hingga 9,3% secara YoY. 

Dus, semen bag masih lesu dengan penurunan penjualan sebesar 2,7% secara YoY. Dengan cetakan ini, segmen ritel disinyalir juga ikut melemah.

Belum lagi, potensi pelemahan di sektor properti. Sejumlah emiten besar seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) terancam mengalami penurunan laba tahun ini.

Direktur PT Rumah Para Pedagang Kiswoyo Adi Joe menilai pelemahan sektor properti ini akan mempengaruhi industri semen, termasuk INTP. “Kalau propertinya pulih, permintaan semen akan naik tinggi. Sektor properti belum bisa bangkit karena ekonomi kita masih stagnan,” jelas Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Senin (7/4). 

Dengan situasi ekonomi saat ini, Kiswoyo memprediksi sektor properti juga masih akan sideways. Katanya, penjualan sektor properti saat ini masih terpusat pada kelas atas. Nah, ia menilai pembangunan apartemen untuk sektor menengah dapat menggenjot pertumbuhan penjualan semen.

Tahun ini, Kiswoyo menyebut emiten semen akan lebih fokus bertahan. Selain bergantung pada sektor properti yang lesu, emiten semen dapat mencoba lebih banyak masuk ke pasar infrastruktur. Meski menurut Kiswoyo sektor ini menyumbang lebih kecil ke penjualan semen, emiten dapat memanfaatkannya untuk mempertahankan pendapatan tetap positif.

Untuk diketahui, penjualan semen bulk (curah) yang biasa diambil sektor infrastruktur secara nasional mengalami pertumbuhan karena meningkatnya aktivitas konstruksi pada 2024 di tengah percepatan penyelesaian Proyek Strategi Nasional (PSN). Namun, permintaannya diprediksi akan melemah tahun ini.

Di luar sentimen negatif yang membayangi, Kiswoyo menilai emiten semen masih bisa mempertahankan pendapatan dan laba di kisaran 5% secara YoY di tengah penjualan semen retail yang masih berjalan untuk pembangunan dan perbaikan rumah. 

INTP sendiri masih memiliki potensi peningkatan laba dari upayanya mendorong penggunaan semen ramah lingkungan. 

Upaya ini dilakukan seiring dengan pemberlakuan SNI 7064:2022 dan SNI 2049:2020 yang memperbolehkan produk PCC memiliki clinker factor lebih rendah, yaitu 55% (dari sebelumnya 56%–58%), dan memperbolehkan semen hidrolik dengan clinker factor 75%–78% untuk menggantikan produk OPC yang memiliki clinker factor hingga 90%.

“Berdasarkan perhitungan kami, setiap penurunan 1% clinker factor dapat meningkatkan margin EBITDA sebesar 0,5 persen poin, dengan asumsi faktor lainnya tetap," sebut Kevin dan Jeff.

Dengan itu, Kevin dan Jeff memprediksi margin EBITDA perseroan naik hingga 21,9% pada tahun fiskal 2025, mendukung proyeksi peningkatan laba INTP sebesar 10% dan 4% di tahun fiskal 2026. 

Di samping itu, Kevin dan Jeff juga masih memandang optimis INTP dengan catatan kasnya yang segar. Pada tahun fiskal 2024, perseroan membukukan kas sebesar Rp 4,5 trilun. Angka ini dinilai sehat, sejalan dengan peningkatan 41,2% secara YoY. 

Dengan potensi ini, Kevin dan Jeff memberikan rekomendasi buy dengan target harga Rp 7.200 per saham, sejalan dengan rekomendasi Kiswoyo di target harga Rp 6.500 per saham. Sementara Panin Sekuritas memberi rekomendasi hold dengan target harga Rp 5.500 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×