Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) menyambut baik keputusan pembukaan blokir anggaran untuk proyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di tahun 2025.
Sebelumnya, anggaran untuk proyek IKN sempat yang terdampak program efisiensi anggaran. Namun, pemblokiran itu sudah dibuka kembali usai mendapatkan persetujuan dari Komisi V DPR RI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Pagu anggaran Otorita IKN dan usulan penambahan anggaran Rp 8,1 triliun juga resmi difinalisasi oleh Presiden Prabowo Subianto.
Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Dani Handajani mengatakan, keputusan tersebut menjadi angin segar untuk produsen semen di Indonesia.
Baca Juga: Kurangi Modal, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) akan Menarik Kembali Sahamnya
Sebab, dimulainya kembali pembangunan IKN akan mampu mendorong permintaan semen di Pulau Kalimantan yang selama kuartal I 2025 mengalami penurunan.
“Namun, permintaan semen di IKN tahun ini diprediksi tidak akan sebanyak tahun 2023-2024 lalu,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (17/4).
Alhasil, masalah oversupply kemungkinan masih akan menghantui industri semen di tahun 2025.
Menurut Dani, memecahkan masalah oversupply semen di Indonesia tidak hanya bisa bertumpu dengan menambah proyek-proyek infrastruktur di Indonesia, tetapi juga membutuhkan konsistensi dalam penerapan beragam peraturan pemerintah.
“Seperti, pelarangan impor semen dan klinker serta moratorium pembangunan pabrik semen baru di seluruh wilayah Indonesia,” ungkapnya.
Per kuartal I 2025, INTP mencatatkan total penjualan sebanyak 3,9 juta ton dan mempertahankan pangsa pasar di level 30,1%.
Baca Juga: Indocement (INTP) Siapkan Rp 2,25 Triliun untuk Buyback Saham, Dimulai Mei 2025
INTP mengakui, awal tahun merupakan musim yang lesu untuk bisnis semen, karena masalah cuaca dan ditambah dengan bulan Ramadan dan libur Idulfitri.
Walaupun jumlah volume Indocement per kuartal I menurun 5,9% dibandingkan kuartal I 2023, tetapi performa volume industri menurun lebih dalam lagi pada periode ini, yaitu 7,8%.
“Hal ini menunjukan bahwa performa Indocement lebih baik dari performa industri semen,” ungkapnya.
Di sisi lain, INTP mengaku tak khawatir dengan adanya kebijakan tarif resiprokal pemerintah Amerika Serikat (AS). Sebab, perseroan tidak melakukan ekspor ke pasar AS.
Namun, INTP terdampak dengan menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah. Hal ini berdampak secara langsung terhadap peningkatan biaya operasional perusahaan, terutama kepada biaya energi.
“Sumber energi industri semen masih didominasi dari batubara dan harga acuan batubara terpengaruh dari nilai tukar dolar AS,” tuturnya.
Selanjutnya: Mudah Aktifkan SPayLater Shopee, Simak Cara Hingga Bunga Pembayarannya
Menarik Dibaca: Manfaat Konsumsi Kunyit untuk Mengobati Asam Lambung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News