kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   16.000   0,85%
  • USD/IDR 16.220   -29,00   -0,18%
  • IDX 6.915   -12,32   -0,18%
  • KOMPAS100 1.007   -0,64   -0,06%
  • LQ45 771   -2,07   -0,27%
  • ISSI 227   0,47   0,21%
  • IDX30 397   -1,97   -0,49%
  • IDXHIDIV20 459   -2,95   -0,64%
  • IDX80 113   -0,11   -0,10%
  • IDXV30 114   -0,70   -0,61%
  • IDXQ30 128   -0,64   -0,49%

Penerbitan Obligasi Korporasi Melonjak, Prospeknya Hingga Akhir Tahun Tetap Menanjak


Selasa, 10 Juni 2025 / 19:57 WIB
Penerbitan Obligasi Korporasi Melonjak, Prospeknya Hingga Akhir Tahun Tetap Menanjak
ILUSTRASI. Pelayanan di Kantor Cabang Pegadaian di Jakarta, Senin (5/5/2025). PT Pegadaian Tbk (PPGD) telah menyiapkan dana untuk melunasi empat surat utang yang terdiri atas dua obligasi dan dua sukuk, dengan total nilai pokok mencapai Rp 152,33 miliar yang akan jatuh tempo pada 15 Juli 2025. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek obligasi korporasi bakal tetap cerah di sisa tahun 2025. Kebutuhan refinancing dan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) menjadi katalis pendorong maraknya penerbitan di tahun ini.

Berdasarkan laporan mingguan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), terdapat tiga korporasi yang telah menerbitkan surat utang di pekan pertama bulan Juni dengan total dana mencapai Rp 9,85 triliun.

Adapun korporasi lainnya seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri Taspen, dan PT Eagle High Plantations Tbk dipastikan akan menyusul dengan menerbitkan surat utang di bulan ini.

Ahmad Nasrudin Fixed Income Analyst Pefindo mengatakan, salah satu faktor yang melatarbelakangi lonjakan penerbitan surat utang oleh beberapa emiten adalah faktor seasonal dari jatuh tempo. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar surat utang mengalami jatuh tempo di tahun ini, dengan puncaknya berada di kuarla lll sebesar Rp 51,85 triliun.

Total angka jatuh tempo di tahun mencapai Rp 160,22 triliun atau meningkat 7,14% dari tahun sebelumnya. "Dan bulan Juli nanti adalah puncak jatuh tempo dengan nominal sebesar Rp 26,23 triliun. Sehingga pola seperti ini wajar terjadi, karena hampir setengah dari total penerbitan tahun ini memang ditujukan untuk kebutuhan refinancing," kata Ahmad kepada Kontan.co.id, Selasa (10/6).

Baca Juga: Prospek Obligasi Korporasi Dipengaruhi Sentimen Pasar

Menurut Ahmad, pemangkasan suku bunga acuan juga turut menjadi katalis dalam beberapa bulan ke depan. Suku bunga yang lebih rendah akan berdampak pada biaya penerbitan yang lebih rendah dalam beberapa bulan mendatang. Pelonggaran moneter ini juga akan mendorong pertumbuhan fundamental korporasi seperti peningkatan leverage keuangan.

Per Mei 2025, total nilai penerbitan surat utang mencapai Rp 59,95 triliun atau meningkat 36,29% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 43,95 triliun. Nominal ini juga merupakan angka tertinggi sejak 2022 selama lima bulan pertama.

Ahmad menyebutkan bahwa prospek penerbitan obligasi korporasi akan tetap stabil dan sesuai dengan proyeksi Pefindo di awal tahun. Dalam proyeksinya, penerbitan berada pada kisaran Rp 138,29 triliun – Rp 155,43 triliun, dengan titik tengah Rp 143,91 triliun untuk FY2025.

"Kami meyakini bahwa sampai akhir tahun nanti prospeknya masih akan disokong oleh tingginya kebutuhan pembiayaan kembali korporasi, seiring dengan jatuh tempo utang. Ditambah dengan kebutuhan modal kerja juga akan tetap besar," ujar Ahmad.

Hal serupa juga disampaikan oleh Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata. Menurutnya, tingginya kebutuhan pembiayaan untuk mendukung agenda pertumbuhan pemerintah, terutama pada sektor hilirisasi mineral dan industri intensif modal seperti perkebunan kelapa sawit (CPO) dan pertambangan, turut mendorong korporasi untuk mencari alternatif pendanaan selain perbankan.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Capai Rp 139,29 Triliun-Rp 155,43 Triliun

"Sektor-sektor ini memanfaatkan kondisi yield yang stabil dan relatif rendah dibanding periode sebelumnya untuk memperkuat pendanaan operasional dan investasi mereka," terang Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (10/6).

Josua menaruh optimistis nya pada prospek bunga obligasi korporasi hingga akhir tahun ini, seiring dengan tingkat bunga acuan BI yang cenderung akomodatif dengan bias dovish, yakni potensi pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

"Tren ini dapat membantu menjaga tingkat yield obligasi korporasi rupiah tetap menarik sekaligus kompetitif dibandingkan instrumen investasi lainnya. Tetapi tetap dengan catatan risiko yang ada," ucap Josua.

Menurut Josua, strategi bijak bagi investor yang berminat untuk berinvestasi di obligasi korporasi adalah dengan melibatkan diversifikasi portofolio serta pemilihan obligasi berdasarkan kombinasi profil risiko, rating, dan potensi imbal hasil.

"Investor juga disarankan untuk mempertimbangkan obligasi korporasi dengan rating investment-grade sebagai pilihan konservatif untuk portofolio jangka panjang. Sementara obligasi berperingkat lebih rendah atau high-yield bonds bisa dijadikan opsi pelengkap untuk meningkatkan imbal hasil dengan risiko yang lebih tinggi. Investor juga harus memperhatikan sektor penerbit obligasi," imbuh Josua.

Baca Juga: Investor Cemas Kondisi Fiskal, Spread Obligasi Korporasi Indonesia Melonjak

Ahmad melanjutkan, sebagai instrumen yang relatif lebih berisiko dari obligasi pemerintah, surat utang korporasi umumnya akan menawarkan bunga yang lebih tinggi karena investor meminta premi risiko sebagai kompensasi atas risiko gagal bayar, likuiditas, dan industri yang melekat pada obligasi korporasi.

“Semakin tinggi peringkat, maka semakin rendah peluang gagal bayar, yang pada akhirnya premi risiko yang diminta investor pun akan rendah. Begitupun sebaliknya pada korporasi dengan peringkat rendah, maka tuntutan preminya akan semakin tinggi, yang pada akhirnya mengekor pada bunga yang ditawakan,” jelas Ahmad.

Jika dilihat dari perbandingan dengan kupon obligasi pemerintah, kupon obligasi korporasi untuk tenor 3 tahun menawarkan potensi keuntungan total yang lebih tinggi, dengan rata-rata kupon 6,65% untuk peringkat AAA dan 10,60% untuk peringkat BBB.

“Harapannya kupon obligasi korporasi akan turun hingga akhir tahun, seiring dengan ekspektasi pemangkasa suku bunga di semester ll 2025. Penurunan suku bunga berpotensi menurunkan yield benchmark untuk pricing obligasi korporasi. Selain itu, suku bunga yang lebih rendah menjadi katalis untuk penurunan premi yang diminta investor karena suku bunga lebih rendah mengurangi tekanan leverage keuangan emiten, meningkatkan prospek permintaan, dan mendorong perbaikan bagi profitabilitas,” tutup Ahmad.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Mulai Marak, Begini Prospeknya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×