Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi diperkirakan makin semarak. Ekspektasi kondisi ekonomi yang lebih baik dan tren penurunan yield SUN acuan 10 tahun menjadi pendorongnya.
Yang terbaru, ada tiga perusahaan yang berencana menerbitkan obligasi dan sukuk. Pertama, PT Bank Mandiri Taspen akan menerbitkan obligasi berkelanjutan ll tahap l tahun 2025 dengan jumlah pokok sebesar Rp 1,5 triliun dengan peringkat idAAA
Kedua, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) akan menerbitkan Obligasi Berwawasan Sosial Berkelanjutan l Bank BRI Tahap l Tahun 2025 dengan pokok senilai Rp 5 triliun dengan peringkat idAAA. Ketiga, PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) menawarkan surat utang syariah (sukuk) dengan target dana Rp 100 miliar dengan peringkat idA-sy.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menilai, penerbitan obligasi oleh korporasi bisa didorong dari tren penurunan suku bunga dari tahun lalu, baik oleh the Fed maupun Bank Indonesia (BI). Apalagi, sambungnya, tren belanja modal di kuartal I 2025 memang lemah, termasuk kredit.
Baca Juga: Eagle High Plantations (BWPT) Terbitkan Obligasi Syariah Senilai Rp 100 Miliar
"Kalau ada peningkatan penerbitan selain roll over utang lama, kemungkinan ada ekspektasi kondisi ekonomi lebih baik ke depan, terutama yang terkait program-program pemerintah dan sektor terkait komoditas," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (10/6).
Adapun Taspen Mandiri berencana menggunakan 100% hasil penerbitan obligasi untuk modal kerja dalam rangka kegiatan usaha penyaluran kredit. Lalu, BBRI berencana menggunakan dananya untuk pembiayaan kembali proyek-proyek sosial seperti akses terhadap layanan esensial, perumahan yang terjangkau, penciptaan lapangan kerja dan pengurangan pengangguran, serta peningkatan dan pemberdayaan sosio-ekonomi.
Sementara BWPT, sekitar 40% untuk menggantikan dana yang bersumber dari utang perseroan. Sisanya, akan digunakan untuk modal kerja berupa pembelian tandan buah segar, crude palm oil, dan pupuk.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto melanjutkan bahwa penerbitan obligasi korporasi juga didukung tren penurunan yield SUN acuan 10 tahun. Alhasil, cost of fund akan menjadi lebih rendah.
Berdasarkan Trading Economics, yield SUN 10 tahun berada di 6,75% per Selasa (10/6) pukul 17.15 WIB. Sebulan terakhir telah turun 0,14%.
"Tren penurunan yield mencerminkan pasar Indonesia yang cukup atraktif," sebutnya.
Di sisi lain, meski sentimen global melandai, tetapi ketidakpastian tetap ada. Karenanya, Ramdhan juga mengingatkan potensi gagal bayar. Dia juga berharap regulator melakukan pengawasan ekstra untuk menghindari potensi gagal bayar dari korporasi.
Baca Juga: Mandiri Taspen Terbitkan Obligasi Rp 1,5 Triliun pada Juli 2025
Secara umum, pasar obligasi korporasi dipandang menarik dengan meredanya sentimen global dan ekspektasi pertumbuhan ekonomi domestik, tetapi ia menyarankan investor sebaiknya menghindari obligasi dari sektor infrastruktur, mengingat kondisi gagal bayar dan penurunan peringkat.
Selain itu, investor juga perlu mencermati track record pembayaran dari perusahaan untuk obligasi korporasi yang diburu. "Lalu, track record rating dari obligasi yang pernah diterbitkan, serta dari industrinya sendiri, apakah sedang tumbuh atau tidak," tegasnya.
Dari potensi return, Ramdhan memproyeksikan yield SUN 10 tahun masih akan melandai. Ia memperkirakan yield SUN 10 tahun akan berada di 6,5%. Karenanya, ia memproyeksikan dengan rating A+ maka investor bisa memperoleh return 8%-9%.
Sementara David memperkirakan dengan rating triple A, maka potensi return akan berkisar 7%-9% dengan tenor dikisaran 3-5 tahun. Sementara untuk rating A- diperkirakan potensi kupon berkisar 8%-11% dengan tenor 3 tahun.
Selanjutnya: Bangun Pabrik Baru di Batang, Satyamitra Kemas Lestari Siapkan Capex Rp 500 Miliar
Menarik Dibaca: Incar Dividen dari Big Caps? Kesempatan Beli PGEO, MEDC dan UNVR sampai 13 Juni 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News