Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi diperkirakan tetap semarak pada tahun 2025. Kebutuhan refinancing hingga penguatan aktivitas sektor riil menjadi pendorongnya.
Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto mengatakan, penerbitan baru surat utang 2025 diperkirakan akan berkisar Rp 139,29 triliun – Rp 155,43 triliun, dengan titik tengah pada Rp 143,91 triliun.
Maklum, kebutuhan refinancing diperkirakan masih tinggi. "Ini seiring dengan nilai surat utang jatuh tempo yang masih besar, Rp 161,21 triliun pasca tingginya penerbitan bertenor pendek di tahun 2024," ujar Suhindarto dalam konferensi virtual, Selasa (11/2).
Selain itu, aktivitas sektor riil diperkirakan relatif menguat. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan terdorong oleh kebijakan pemerintah yang lebih ekspansif, dengan inflasi yang diperkirakan masih terkendali.
Baca Juga: Dorong Penerbitan Green Bond, Pefindo Jadi Penyedia Reviu Eksternal
Kemudian, suku bunga acuan yang lebih rendah sejalan dengan ekspektasi berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter. "Bank Indonesia (BI) juga sudah menurunkan suku bunga satu kali Januari lalu," sebutnya.
Lalu, likuiditas lembaga keuangan yang semakin ketat dan potensi pertumbuhan permintaan bisnis. Hal tersebut dinilai mendorong perusahaan mencari alternatif dana dengan tenor lebih panjang daripada pinjaman perbankan, seperti obligasi korporasi, untuk mendukung asset-liability keuangan.
"Premi diperkirakan relatif melandai, seiring dengan leverage keuangan yang membaik akibat suku bunga yang relatif lebih rendah," kata Suhindarto.
Di sisi lain, juga terdapat sejumlah tantangan. Misalnya, risiko geopolitik masih diperkirakan tinggi seiring dengan perang yang masih berlanjut sehingga berpotensi membuat pasar lebih volatile dan premi yang lebih besar.
Baca Juga: Pasar Saham Terus Terkoreksi, Defensif atau Perlu Beralih ke Instrumen Non Saham?
Lalu, potensi fluktuasi nilai tukar, yield yang berpotensi cenderung sulit untuk turun, dan persaingan dari instrumen substitusi seperti SRBI & SUN. "Juga Investor utama yang cenderung untuk menghindari peringkat tertentu (BBB ke bawah) dan sektor tertentu, membuat risiko penerbitan dari peringkat dan sektor tersebut terbatasi," terang Suhindarto.
Adapun sepanjang 2024, Pefindo mencatat total penerbitan sebesar Rp 149,7 triliun. Sementara itu, penerbitan surat utang periode Januari 2025 sebesar Rp 8,6 triliun, naik dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6 triliun.
Selanjutnya: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,16% ke Rp 16.384 Per Dolar AS, Selasa (11/2)
Menarik Dibaca: AlloFresh Luncurkan Fitur Perbandingan Harga untuk Konsumen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News