kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.335   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.167   24,52   0,34%
  • KOMPAS100 1.045   4,88   0,47%
  • LQ45 815   2,85   0,35%
  • ISSI 224   0,76   0,34%
  • IDX30 426   1,90   0,45%
  • IDXHIDIV20 505   1,29   0,26%
  • IDX80 118   0,58   0,49%
  • IDXV30 120   0,61   0,51%
  • IDXQ30 139   0,24   0,17%

Otoritas Pasar Modal Indonesia Dekati Grup ABC dan Orang Tua untuk IPO


Kamis, 22 Mei 2025 / 19:11 WIB
Otoritas Pasar Modal Indonesia Dekati Grup ABC dan Orang Tua untuk IPO
ILUSTRASI. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah berupaya untuk menggaet perusahaan besar di Tanah Air agar bisa melantai di pasar saham.ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah berupaya untuk menggaet perusahaan besar di Tanah Air agar bisa melantai di pasar saham.

Berdasarkan sumber KONTAN, BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mendekati Grup ABC dan Orang Tua untuk bisa menggelar Initial Public Offering (IPO). 

“Mereka mempertanyakan tentang ketentuan minimum free float. Apakah pasar kita dapat menyerapnya,” kata sumber KONTAN yang enggan disebutkan namanya, Rabu (21/5). 

Mengacu peraturan Bursa Nomor I-A, bagi calon emiten yang mempunyai nilai ekuitas lebih dari Rp 2 triliun harus memiliki free float minimal 10% dari jumlah saham yang akan dicatatkan. 

Baca Juga: Orang Tua Group Dikabarkan Mau IPO, Begini Faktanya

Sementara bagi calon emiten dengan nilai ekuitas antara Rp 500 miliar–Rp 2 triliun harus mempunyai jumlah saham free float paling sedikit 15% dari jumlah yang dicatatkan. 

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia  I Gede Nyoman Yetna menyampaikan, saat ini BEI tengah mengkaji penyempurnaan regulasi pencatatan saham. 

Termasuk, penyesuaian beberapa persyaratan minimum pencatatan saham di antaranya free float pada saat dan setelah perusahaan melakukan IPO. 

“Konsep perubahan ini akan kami publikasikan dalam waktu dekat untuk mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan sebelum diajukan kepada otoritas,” kata Nyoman. 

Nyoman menyampaikan, BEI juga telah menyusun kajian mengenai IPO yang melibatkan beberapa stakeholder untuk menjadi narasumber, termasuk grup usaha besar hingga investor. 

“Ini dilakukan guna mengetahui minat perusahaan-perusahaan berskala besar untuk IPO serta merumuskan usulan perbaikan peraturan serta sarana dan prasarana,” ucapnya. 

Baca Juga: BEI Targetkan 5 Lighthouse IPO di Tahun 2025

Nyoman enggan menyampaikan perusahaan grup usaha mana yang diajak berdiskusi. Dia bilang proses ini dilakukan secara anonim untuk menjaga objektivitas dan independensi proses. 

“Proses kajian juga masih berlangsung sehingga BEI belum dapat menyampaikan informasi maupun kesimpulan terkait hasil diskusi dengan para stakeholder,” kata dia.

Untuk bisa menggaet lebih banyak perusahaan jumbo, Pengamat Pasar Modal Irwan Ariston mengusulkan BEI untuk melakukan pendekatan langsung dan mencari tahu alasan para perusahaan. 

Irwan bilang bila para perusahaan grup besar belum tertarik masuk Bursa karena belum tahu keuntungannya, otoritas perlu melakukan edukasi. 

“Pihak bursa efek Indonesia juga wajib menjaga aktivitas di pasar modal agar tetap menarik dan memiliki prospek masa depan yang cerah,” katanya. 

Selanjutnya: Ekonom Maybank Prediksi Defisit Neraca Transaksi Berjalan Melebar pada 2025 & 2026

Menarik Dibaca: Bank CTBC Salurkan Pendanaan Lebih Dari Seperempat Triliun ke Easycash

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×