kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.709.000   5.000   0,29%
  • USD/IDR 16.330   130,00   0,79%
  • IDX 6.531   151,00   2,37%
  • KOMPAS100 953   27,09   2,93%
  • LQ45 747   21,97   3,03%
  • ISSI 201   5,17   2,64%
  • IDX30 389   10,56   2,79%
  • IDXHIDIV20 468   12,14   2,66%
  • IDX80 108   3,10   2,95%
  • IDXV30 111   2,75   2,54%
  • IDXQ30 128   3,35   2,70%

JP Morgan Soroti Likuiditas Pasar Modal Indonesia


Rabu, 05 Maret 2025 / 11:21 WIB
JP Morgan Soroti Likuiditas Pasar Modal Indonesia
ILUSTRASI. JP Morgan Indonesia menyoroti tingkat likuiditas di pasar ekuitas Indonesia


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. JP Morgan Indonesia menyoroti tingkat likuiditas di pasar ekuitas Indonesia. Sebab likuiditas yang tinggi bisa mendorong aliran dana asing lebih tinggi sehingga menaikkan pasar modal Indonesia di indeks global. 

Executive Director JP Morgan Indonesia Henry Wibowo menilai, aspek likuiditas di pasar modal Indonesia masih kurang sebab salah satu kriteria untuk bisa menambah bobot. 

"Untuk Indonesia bisa memenangkan indeks global ada tiga aspek, yaitu kapitalisasi pasar, likuiditas dan free float. Tapi menurut saya salah satu yang penting ialah likuiditas," tuturnya belum lama ini. 

Henry mencermati, sudah banyak inisiatif yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mendorong dan menaikkan likuiditas pasar. 

Meski begitu, dia menilai masih banyak ruang bagi otoritas bursa untuk meningkatkan likuiditas di pasar. Pasalnya, dari 900 saham yang tercatat di BEI hanya puluhan saham yang aktif ditransaksikan. 

Baca Juga: IHSG Menguat pada Perdagangan Rabu (5/3) Pagi, SMGR, BBRI, AMMN Jadi Top Gainers LQ45

"Setiap hari yang transaksinya di atas US$ 10 juta, bisa dihitung jari dan itu biasanya saham perbankan, Astra, beberapa konsumer dan GOTO sisanya rata-rata semua di bawah US$ 10 juta," ucap Henry. 

Dia bilang bahkan banyak saham yang transaksinya di bawah US$ 5 juta. Memang, bagi investor ritel angka atau besaran likuiditas tersebut sudah lebih cukup, tetapi tidak bagi investor institusi. 

Henry bilang biasanya institusi besar, yang dana kelolaan mencapai US$ 1 miliar bahkan ada yang sampai US$ 100 miliar, ketika mereka mau mengambil posisi bisa menggelontorkan US$ 50 juta-US$ 100 juta. 

"Bayangkan kalau mereka mau beli saham yang likuiditasnya cuma US$ 1 juta, ketika mau pasang posisi US$ 50 juta artinya mereka harus 50 hari membeli satu saham," jelasnya.

Untuk itu, Henry menyarankan bagi otoritas bursa Indonesia agar memberikan insentif atau setidaknya ada dorongan yang lebih untuk menaikkan likuiditas transaksi karena ini akan berdampak banyak.

Selanjutnya: Harga Emas Melemah Imbas Dolar AS Menguat, Pasar Menimbang Kebijakan Tarif Trump

Menarik Dibaca: Rekomendasi 6 Film Animasi Bergenre Romantis, Bukan untuk Anak-Anak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×