kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   2.000   0,10%
  • USD/IDR 16.378   49,00   0,30%
  • IDX 7.859   -31,86   -0,40%
  • KOMPAS100 1.103   -7,60   -0,68%
  • LQ45 822   -6,76   -0,82%
  • ISSI 265   -0,92   -0,35%
  • IDX30 425   -3,33   -0,78%
  • IDXHIDIV20 494   -1,99   -0,40%
  • IDX80 124   -0,75   -0,60%
  • IDXV30 131   0,35   0,27%
  • IDXQ30 138   -0,83   -0,60%

Dolar AS Bakal Kian Tertekan Jika The Fed Longgarkan Kebijakan Moneter


Jumat, 22 Agustus 2025 / 20:03 WIB
Dolar AS Bakal Kian Tertekan Jika The Fed Longgarkan Kebijakan Moneter
ILUSTRASI. Dolar Amerika Serikat (AS) yang selama ini dominan diperkirakan menghadapi tekanan bila The Federal Reserve (The Fed) mulai melonggarkan kebijakan moneternya.


Reporter: Adzira Febriyanti | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek mata uang utama dunia kini menjadi sorotan di tengah pemangkasan bunga acuan global yang diprediksi berlangsung pada paruh kedua 2025.

Dolar Amerika Serikat (AS) yang selama ini dominan diperkirakan menghadapi tekanan bila The Federal Reserve (The Fed) mulai melonggarkan kebijakan moneternya.

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menilai, dolar AS masih dalam tren pelemahan meski ada sedikit sentimen dukungan dari pernyataan hawkish pejabat The Fed, terutama Jerome Powell.

“Indeks dolar AS sebenarnya masih dalam tekanan dan telah turun cukup besar tahun ini. Namun sikap hawkish pejabat The Fed terutama Powell yang mengkhawatirkan dampak tarif pada inflasi sedikit mendukung dolar AS, tapi rebound-nya tidak signifikan,” kata Lukman kepada KONTAN, Jum'at (22/8/2025).

Baca Juga: Loyo di Pekan lalu, Dolar AS Bergerak Stabil di Awal Pekan Ini

Menurutnya, investor kini menanti pidato Powell di Jackson Hole yang diperkirakan tetap hawkish meski menghadapi tekanan politik dari Presiden AS, Donald Trump.

Kendati demikian, kebijakan tersebut tidak serta-merta menjadi penopang dolar karena kekhawatiran perlambatan ekonomi hingga potensi resesi di AS justru lebih membebani.

“Pelemahan dolar AS ke depan akan mendukung pergerakan euro (EUR), poundsterling (GBP), dan yen (JPY), meski kondisi fundamental masing-masing berbeda,” jelasnya.

Lukman menambahkan, inflasi di kawasan Eropa sudah sesuai target Bank Sentral Eropa (ECB) dengan pertumbuhan PDB relatif solid, sehingga euro diperkirakan akan tetap menguat terhadap dolar.

Sementara itu, poundsterling masih berpotensi naik, namun lebih karena faktor pelemahan dolar AS daripada kekuatan fundamental Inggris.

Baca Juga: Nilai Tukar Rupiah Melemah 1,13% Sepekan ke Rp 16.351 Per Dolar Hingga Jumat (22/8)

Adapun yen Jepang dinilai bersifat spekulatif karena meskipun Bank of Japan (BoJ) menjadi satu-satunya bank sentral utama yang kemungkinan masih menaikkan suku bunga, ekonomi Jepang akan terbebani tarif AS serta lemahnya pertumbuhan domestik.

“Euro cukup solid dan masih akan menguat terhadap dolar. Jadi pilihan terbaik adalah EUR saat ini, sedangkan JPY agak spekulatif. GBP bisa naik, tapi bukan karena ekonomi Inggris yang kuat,” kata Lukman.

Lukman memproyeksikan nilai tukar euro bergerak di kisaran 1,18–1,20 per dolar AS, poundsterling di 1,36 per dolar AS, dan yen di sekitar JPY 140 per dolar AS, dengan catatan tidak ada kejutan dari pidato Powell di Jackson Hole.

Selanjutnya: Inflasi Medis Jadi Penyebab Naiknya Klaim Asuransi Kesehatan Individu

Menarik Dibaca: Kisah Sukses Owner Glaranadi Bangun Bisnis Minuman Herbal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×