Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah kembali jatuh ke level terendah dalam 12 minggu. Penurunan harga akibat keputusan OPEC+ untuk tetap melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada bulan April, serta kekhawatiran dampak kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian global.
Mengutip Bloomberg, Selasa (4/3) pukul 11.06 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2025 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 68,16 per barel, turun dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 68,37 per barel. Secara year to date, harga minyak WTI sudah turun 1,63%.
Analis Dupoin Indoensia Andy Nugraha mengatakan, pasar minyak mentah saat ini berada dalam kondisi yang rentan terhadap berbagai faktor global.
Baca Juga: Prospek Harga Minyak Mentah Dunia Tertekan Suplai Hingga Kebijakan Tarif Trump
Keputusan OPEC+ untuk tetap meningkatkan produksi di bulan April menambah tekanan suplai di tengah kekhawatiran melemahnya permintaan akibat perlambatan ekonomi.
Sejak 2022, OPEC+ telah melakukan serangkaian pemangkasan produksi hingga 5,85 juta barel per hari guna menjaga keseimbangan pasar.
Namun, dengan adanya rencana peningkatan produksi, pasar minyak menghadapi risiko kelebihan pasokan yang dapat semakin menekan harga.
Dinamika geopolitik juga turut mempengaruhi pergerakan harga minyak. Perkembangan terbaru mengenai upaya perdamaian antara Rusia dan Ukraina masih menjadi sorotan.
Inggris mengungkapkan bahwa beberapa proposal gencatan senjata telah diajukan, sementara Prancis mendorong jeda pertempuran selama satu bulan sebagai langkah menuju negosiasi damai.
Baca Juga: Harga Minyak Berusaha Rebound pada Selasa (4/3) Pagi, Setelah Anjlok Dalam
Namun, Presiden AS Donald Trump memberikan sinyal bahwa kesabarannya mulai habis terhadap proses tersebut.
Di sisi lain, kebijakan perdagangan AS juga menambah ketidakpastian di pasar minyak. Trump mengenakan tarif sebesar 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta 10% pada produk energi Kanada.
"Sementara itu, China telah mengisyaratkan kesiapan untuk melakukan tindakan balasan terhadap kebijakan tarif AS, yang dapat mempengaruhi permintaan global terhadap minyak mentah," paparnya.
Data ekonomi AS juga memberikan tekanan tambahan terhadap harga minyak. Sektor manufaktur AS menunjukkan stabilitas pada bulan Februari, tetapi lonjakan harga di tingkat produsen mengindikasikan bahwa tarif impor dapat berdampak negatif pada produksi industri.
Baca Juga: OPEC+ Bersiap Kerek Produksi, Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah dalam 12 Pekan
"Jika perlambatan ekonomi terjadi, permintaan minyak global berpotensi melemah lebih lanjut," lanjutnya.
Karenanya, Andy melihat untuk prospek harga minyak hari ini cenderung bearish dengan kecenderungan turun ke level US$ 67 per barel.
Namun, jika terdapat sentimen positif dari perkembangan geopolitik atau aksi beli di level support, harga minyak berpotensi mengalami rebound dengan target kenaikan di kisaran US$ 70 per barel.
Selanjutnya: Jadwal Buka Puasa Surabaya dan Sekitarnya 4 Maret 2025
Menarik Dibaca: Jadwal Buka Puasa Surabaya dan Sekitarnya 4 Maret 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News